TANGGAL 1 Agustus 2016 hari Senin di awal pekan ini kemarin, bagi sebagian banyak orang mungkin bukanlah hari yang spesial. Namun bagi kami umat Paroki Katedral Jakarta, hari kemarin itu amatlah sayang jika tidak dirayakan dan disyukuri.
Senin kemarin itu merupakan hari lahir dari romo kepala paroki kami yang sudah 10 stahun lebih melayani kami: Romo Stephanus Bratakartana SJ. Apalagi usianya kali ini memasuki angka 70 tahun dan iu membuat hari ini semakin istimewa sehingga patutlah dirayakan.
Pada hari Senin malam Dewan Paroki Katedral serta Putera Altar dan Puteri Sakristi mempersiapkan kejutan kecil perayaan ulang tahun untuk Romo Brata. Kejutan dilakukan ketika Dewan Paroki hendak melaksanakan rapat harian. Kue dan lagu ulang tahun dipersiapkan, barisan Putera Altar dan Puteri Sakristi dengan lilin bernyala menyambut kedatangan Romo Brata. Melihat anak-anak yang hadir, senyuman lebar Opa mengembang lebar.
Opa adalah sebutan anak-anak Putera Altar dan Puetri Sakristi untuk Romo Brata.

Setelah meniup lilin, Romo Brata menyalami satu persatu orang yang hadir. Namun kejutan anak-anak Putra Altar dan Putri Sakristi belumlah usai. Sebuah hadiah sederhana telah dipersiapkan. Batik berwarna hitam diberikan kepada Opa.
Acara kejutan kecil diakhiri dengan pemotongan kue dan tiup lilin serta foto bersama dengan anak-anak Putra Altar dan Putri Sakristi serta Dewan Paroki. Acara ini juga dihadiri oleh Romo Ch. Kristiono Puspo SJ dan Romo Toto Yulianto SJ yang juga hendak mengikuti rapat.
Selamat Ulang tahun Romo Brata dari kami yang menyayangi dan mencitaimu, umat paroki Katedral Jakarta.
Romo Stephanus Bratakarta SJ adalah imam Jesuit kelahiran Bayat, Paroki Wedi, Klaten. Lama berkarya sebagai pastor paroki di Gereja Kidul Loji Yogyakarta, lalu menjadi ‘misionaris domestik’ di kawasan permukiman transmigran di Pasir Pangarayan, Riau; pernah menjadi Rektor Kolese Loyola Semarang, Pastor Paroki St. Maria Tangerang.