SAHABAT-sahabat muda yang terkasih.
Di akhir kisah itu, barulah disadari bahwa seruan Yesus yang berkata “bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan” itu tidak dapat hanya diartikan secara harafiah.
Lebih dari itu, perlu juga ketajaman budi dan hati (deepest feeling or sensitivity) untuk mengerti hal ini. Itu merupakan undangan untuk berkolaborasi, berpartisipasi, bersinergi dalam “projeknya” Tuhan yaitu karya keselamatan.
Petrus menyadari undangan itu seketika dan spontan sadar bahwa harusnya tetap ada jarak antara dirinya “orang berdosa” dengan Tuhan “yang suci, kudus, dan tak bernoda” sehingga dia berreaksi sebagai berikut.
Ia lalu merebahkan diri dan kemudian bersungkur di hadapan Yesus sembari berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.”
Tetapi Yesus berkata, “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.”
Sebuah transformasi besar telah terjadi di sini, karena Tuhan telah menyentuh kedalaman hati dan jiwa para nelayan itu dengan kasih-Nya yang besar.
Sekali lagi keputusan pribadi Petrus untuk bertolak “lebih ke dalam” telah memberi makna baru dalam kehidupan mereka selanjutnya.
Membumikan “Duc in Altum”, Sambut 70 Th Karya Misi OSA di Keuskupan Ketapang (1)
Simon yang tadinya hanya seorang nelayan yang ragu, terkadang pasrah pada situasi dan kondisi alam, kini telah berubah menjadi Petrus ‘Sang Batu Karang’ yang kokoh, mampu teguh berdiri sebagai dasar iman Gereja akan Kristus.
Karena iman Petrus itulah, Yesus lalu mengatakan “Engkaulah Petrus dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”
Itulah sebabnya Petrus lalu didapuk menjadi Pemimpin Gereja Perdana di Roma. (Bersambung)