Home BERITA 9.422-an Umat Gereja St. Clara Bekasi Rela Berbasah Ria Ikuti Misa Mingguan

9.422-an Umat Gereja St. Clara Bekasi Rela Berbasah Ria Ikuti Misa Mingguan

0
Misa berdesakan di sebuah ruko di pinggir jalan. (Ist)

HINGGA detik ini, sebanyak 9.422-an umat katolik Gereja Paroki St. Clara di Bekasi Utara masih harus rela berbasah-basah ria setiap kali mengikuti misa mingguan di sebuah ruko dan kalau tiba-tiba hujan, maka ketiadaan payung pasti membuat mereka basah kuyup. Tapi itulah yang terjadi, ketika saat ini masih terus dibangun gedung gereja yang masih dikerjakan.

IMB sudah diperoleh dengan mematuhi prosedur administratif, setelah 17 tahun menunggu dan berjuang.

Namun, sejak IMB itu terbit di bulan Juli  2015 lalu, proses pembangunan Gereja St. Clara dan pastoran selalu dihalangi oleh pihak yang tidak menyetujui projek pembangunan ini dengan alasan yang mengada-ada.

Tuduhan mengada-ada

Pada hari Jumat siang tanggal 25 November 2016 lagi-lagi sekelompok orang juga melakukan orasi memprotes projek pembangunan Gereja St. Clara yang hingga kini masih tetap dikerjakan.

Sejak pukul 13.30 WIB, para pemrotes ini secara bergelombang mendatangi lokasi projek pembangunan gereja  di Jl. Kaliabang, Bekasi Utara.

Secara bergantian, mereka  berorasi menuding pihak Santa Clara telah melakukan pelanggaran hukum, memanipulasi data dan tandatangan warga pendukung. Karena itu mereka menyatakan menolak pembangunan Gereja Santa Clara. Jika tidak diindahkan mereka berjanji akan berdemo terus. Menurut mereka,  jumlah umat Santa Clara hanya segelintir sehingga tidak perlu memiliki gereja dan kalau harus memiliki gereja agar membangunnya di tempat lain.

Tertib administrasi

Menanggapi berbagai tudingan tersebut, Romo Raymundus Sianipar OFMCap selaku pastor paroki menjelaskan bahwa pihaknya tidak sembarangan dalam mengurus izin. Mereka sangat tertib dan disiplin dalam hal administrasi.

“Selama 17 tahun kami mematuhi semua persyaratan dan peraturan. Kami sabar dan telaten meski tantangannya tidak sedikit menggerus pikiran, emosi, perhatian dan sebagainya,” ujar Pastor Ray.

Menyangkut tudingan bahwa umat Katolik di tempat ini hanya segelintir, Sekretaris Dewan Paroki Rasnius Pasaribu menjelaskan bahwa umat Paroki Santa Clara saat ini mencapai 9.422 jiwa dan tersebar di seantero Kecamatan Bekasi Utara.

Umat tersebut terbagi dalam 11 wilayah dan 58 lingkungan di bawah penggembalaan 4 orang pastor.

Dengan jumlah umat sebanyak tersebut, namun belum memiliki bangunan gereja, pihak pengurus gereja kesulitan memberikan pelayanan yang maksimal.

Untuk sementara, umat Santa Clara merayakan misa di sebuah ruko di Perumahan Wisma ASRI. Ruko yang mereka gunakan hanya mampu menampung sekitar 300 orang sementara umat yang datang mengikuti misa mencapai 800-an orang.

Umat yang tidak kebagian tempat di dalam, menghampar di luar duduk menggunakan kursi plastik di halaman ruko (jalan).

Yang sungguh merepotkan tatkala hujan turun saat misa berlangsung. Umat harus berdesak-desakan di dalam ruko dan menepi di teras rumah penduduk. Jika tetap tidak kebagian tempat, sejumlah umat pasrah menggunakan payung atau rela diguyur hujan. “Seperti tanggal 13 November lalu. Kami harus menggunakan payung dan menepi di rumah tetangga. Kami tidak menganda-ada,” ujar Rasnius sambil menunjukkan beberapa foto yang menunjukkan umat yang mengikuti misa menggunakan payung.

Tidak masuk akal sebut gereja terbesar di Asia

Seperti diketahui, IMB Gereja Santa Clara diterbitkan oleh Walikota Kotamadya Bekasi Rahmat Effendi pada 28 Juli 2015 setelah melalui berbagai tahapan verifikasi yang berkali-kali selama 17 tahun. “Seluruh persyaratan kami penuhi  dengan baik dan benar. Semuanya ada dokumentasinya,” kata Rasnius lagi.

Lebih lanjut Pastor Rasnius menjelaskan, isu lain yang biasanya diembus-embuskan adalah   Gereja St. Clara adalah gereja terbesar se-Asia.

“Dari mana kemampuan kami mendirikan gereja sehebat itu? Tanah kami hanya 6.500 M2, dan di atasnya kami bangun gereja seluas 1.500M2, lalu ada balai pengobatan dan rumah pastor. Belum lagi tempat parkir dan ruang terbuka hijau,” jelas Rasnius.

Ia juga memohon doa agar semua ujian ini di Santa Clara bisa dilewati.

Ia juga meminta kepada warga yang menolak agar mau membuka tangan, hati dan diri untuk menerima mereka. “Kita kan bersaudara, setanah air dan seperjuangan,” pungkas Rasnius.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version