DERAP lamban kaki melangkah dari arah depan menuju meja kehormatan menyertai iringan ‘konvoi’ keluarga, ketika satu per satu anak-anak dan cucu anggota keluarga besar Pandji Wisaksana dan istrinya Trijuani mulai mengisi atmosfer bahagia di setiap sudut grand ballroom Hotel Mulia Senayan, Sabtu malam 13 Agustus 2016 pekan lalu. Atmosfer suasana bahagia itu begitu kental terasa, karena pada hari itu Pandji Wisaksana dan istrinya Trijuani Pandji merayakan genap 70 tahun Perkawinan Platinum mereka. Di saat yang sama, Pandji Wisaksana yang dikenal sebagai “Bapak Pralon Indonesia” juga merayakan HUT-nya yang ke-91 tahun.
Kegembiraan dan terlebih kebahagiaan keluarga Pandji Wisaksana dan istrinya Trijuani Pandji semakin lengkap dengan hadirnya puluhan taipan –pengusaha papan atas- di jagad bisnis Indonesia. Taruhlah itu pendiri Lippo Group Mochtar Riady bersama menantunya Tahir, pemilik sekaligus Presdir Sido Muncul Irwan Hidayat, Gunadi Sindhuwinata (Indomobil), Murdaya Poo (Grup Berca), Charles Saerang (Nyonya Meener Semarang), Soetjipto Nagaria (Summarecon), sosok penting di panggung politik nasional Harry Tjan Silalahi (CSIS), dan sejumlah petinggi Kelompok Kompas-Gramedia.
Baca juga: Pandji Wisaksana, Bapak Pralon Indonesia (2)
Tak lengkap rasanya, bila tak menyebut kehadiran Menkes RI Prof. Nila F. Moeloek, mitra kerja Pandji Wisaksana selama beberapa tahun terakhir ini dalam gerakan kemanusiaan Matahati untuk para penderita penyakit katarak melalui kegiatan operasi gratis. Sejatinya, daftar “orang penting” di jagad bisnis Indonesia yang telah diundang secara pribadi oleh Pandji Wisaksana itu mencakup banyak nama besar. Mereka itu adalah Alim Markus (Maspion), Tong Djoe (pengusaha kapal), George MK Lee (Panin), Eka Tjipta Widjaja (Sinar Mas), The Nin King (Argo Manunggal), Prajogo Pangestu (Barito Pacific), Trihatma Kusuma Haliman (Podomoro), Eddie Lembong (Pharos), dan masih banyak lagi.
Hidup bermartabat dan pekerjaan mulia
Sangat menarik merunut kisah lama Pandji Wisaksana hingga ia secara pribadi serius berkomitmen melahirkan Gerakan Matahati. Melalui lembaga nirlaba untuk gerakan kemanusiaan inilah, Pandji Wisaksana bergerak menghimpun dana dan mengajak para pengusaha papan atas di jagad bisnis Indonesia untuk bersama-sama berkiprah menyembuhkan para pasien penderita katarak melalui kegiatan operasi gratis.
Komitmen serius untuk berbuat melakukan banyak kebajikan dan keutamaan ini berlatar belakang dari kisah keluarga Pandji Wisaksana sendiri. Berangkat dari fakta bahwa ayah kandungnya sendiri telah mengalami kebutaan karena efek bekerja di tambang timah di Pulau Bangka, maka Pandji Wisaksana sedari muda sudah sangat sadar akan pentingnya mata bagi manusia –siapa pun itu orangnya.
Ketika hidupnya dilimpahi berkat berlimpah berupa kesehatan prima, kemakmuran, dan jaringan pertemanan yang luas di kalangan para taipan papan atas di seluruh Indonesia, maka Pandji Wisaksana lalu membidani lahirnya Gerakan Matahati. Melalui lembaga nirlaba demi kemanusiaan yang semakin bermartabat inilah, Pandi Wisaksana seakan ingin ‘melampiaskan’ ambisi moralnya untuk bisa menjadikan Gerakan Matahati itu sebagai saluran berkat untuk sesama.
Dari Pandji Wisaksana, demikian ajakan Menkes Prof. Nila F. Moeloek –Ketua PERDAMI (Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia) dan seorang profesor spesialis ahli mata— marilah kita belajar mempraktikkan hidup bermartabat dan berani melakukan pekerjaan-pekerjaan mulia untuk kemanusiaan.
“Melalui dan berkat Gerakan Matahati yang dirintis Pak Pandji Wisaksana inilah, banyak orang yang telah kehilangan daya penglihatannya menjadi bisa melihat kembali. Mata adalah ‘jendela’ manusia untuk melongok keluar dan darimana sumber informasi itu datang,” begitu isi pidato kata sambutan Menkes RI Prof. Nila F. Moeloek yang kini meneruskan tongkat kepemimpinan Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo sebagai Ketua PERDAMI (Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia).
“Menjadikan mata yang dulunya buta namun kemudian bisa melihat kembali itulah yang selama ini telah dilakukan Pak Pandji Wisaksana melalui Gerakan Matahati. Kegiatan ini sungguhlah merupakan sebuah pekerjaan nan mulia yang darimananya kita bisa belajar banyak untuk menjadi manusia bermartabat pula,” kata Menkes RI Prof. Nila F. Moeloek.
Bak gayung pun bersambut, maka Gerakan Matahati yang dirintis pendirian dan kiprahnya oleh Pandji Wisaksana itu lalu mendapat gaungnya lebih luas lagi, ketika didukung oleh PERDAMI, Jakob Oetama (Kelompok Kompas-Gramedia), harian berbahasa Mandarin Guo Ji Ri Bao, koran berbahasa Inggris The Jakarta Post, Yayasan Lions Club, dan beberapa pihak lainnya.
Disayang Tuhan, dicintai banyak kawan
Di usianya yang ke-91 tahun, Pandji Wisaksana masih rajin dan tertib melakukan fitness, setidaknya tiga kali dalam sepekan. Seakan ingin mensyukuri berkat Tuhan berupa kondisi fisik yang sempurna dan sehat inilah, dalam sambutan singkatnya Pandji Wisaksana menyebut hal itu sebagai karunia Tuhan yang luar biasa.
“Fisik saya masih lumayan sangat sehat. Masih bisa tertawa-tawa dan mampu menghadiri banyak pertemuan di berbagai kesempatan berbeda-beda untuk satu hal: berbagi berkat Tuhan bagi sesama,” ungkapnya di balik meja kehormatan di baris depan grand ballroom Hotel Mulia Senayan, Sabtu malam, pekan lalu.
Baca juga: Pandji Wisaksana, Bapak Pralon Indonesia (2)
Mantan CEO Grup Kompas-Gramedia (KKG) Agung Adiprasetyo dalam catatan kenangannya akan sosok Pandji Wisaksana dengan amat gamblang menyebutkan hal itu. Di usianya yang sudah sangat sepuh itu, tulis Agung Adiprasetyo dalam buku kenangan bertitel Mata Yang Punya Hati: Hati Yang Punya Mata dan Berbagi (Gramedia: 2016), pada diri Pak Pandji Wisaksana itu nyaris tidak ada pantangan makan untuk beliau.
Ping Royani Lim yang mengenal Pak Pandji Wisaksana dari dekat selama tiga tahun terakhir ini juga menambahi informasi. Sungguh merupakan sebuah anugerah luar biasa yang hingga kini masih bisa dinikmati oleh Pak Pandi Wisaksana adalah memorinya yang masih sangat sempurna. “Beliau masih ingat detil-detil peristiwa di masa lalu, termasuk nama-nama orang yang pernah ‘mampir’ di sejarah hidupnya,” katanya kepada Sesawi.Net.
Menyaksikan pesta peringatan HUT-nya yang ke-91 tahun dan Perkawinan Platinumnya yang ternyata dihadiri oleh banyak kalangan, Pandji Wisaksana pun berujar demikian. Inilah tanda bahwa dirinya sungguh disayang oleh Tuhan, karena telah diberi rahmat hidup sepanjang 91 tahun ini. “Saya juga merasa dicintai banyak kawan. Maka setiap usaha saya menggulirkan gerakan kemanusiaan untuk sesama itu telah didukung oleh banyak pihak,” kata Pandji Wisaksana dengan tutur ragam bahasa yang sangat runtut, santun, dan teratur.
Pesta peringatan HUT ke-91 tahun dan HUT ke-70 tahun perkawinan Pandji Wisaksana dan istrinya Trijuani Pandji memang telah usai. Namun, karya panjang gerakan kemanusiaan untuk sesama melalui Gerakan Matahati untuk para penderita penyakit katarak masih akan terus berderap bergerak maju. Langkah nyata untuk berbuat kebajikan untuk sesama itu akan terus berjalan seiring dengan nafas nurani Pandji Wisaksana — seorang filantropis sejati– yang tidak hanya punya mata, melainkan terlebih juga memiliki hati (nurani) dan kepedulian yang amat besar terhadap sesamanya.
Proficiat Pak Pandji Wisaksana dan Ibu Trijuani Pandji.