Home BERITA “A Night with A Mission: Charity Concert 2017”, Bernyanyi untuk Seminari bersama...

“A Night with A Mission: Charity Concert 2017”, Bernyanyi untuk Seminari bersama KPS-YASS PUKAT KAJ

0
Gaya tampilan renyah dengan balutan busana apik kemasan Parang Kencana adalah pesona Angela July, pemain harpa sekaligus penyanyi. Ia naik panggung dalam pergelaran konser amal "A Night with A Mission: A Charity Concert 2017" besutan KPS-YASS PUKAT KAJ di Jakarta tanggal 8 Oktober 2017. (Eric AS/KEKL/PUKAT KAJ)

KETIKA anak-anak SD belum kenal dunia gadget seperti sekarang ini, maka lagu anak-anak kategori lawas seperti Hujan dan Naik Sepeda –keduanya karya Ibu Sud— seperti menjadi ‘makanan sehari-hari’ bagi mereka saat di sekolah. Kenangan indah bersekolah di SD tahun 1970-an ini dibawa ke panggung dengan apik oleh gitaris akustik Jubing Kristianto dalam gelaran pentas musik bertitel A Night with A Mission: Charity Concert 2017 di Ciputra Artpreneur, Minggu malam tanggal 8 Oktober 2017.

Layaknya tampilan musik akustik, Jubing muncul sendirian di panggung dengan latar belakang ‘aksesori’ berupa tayangan video pemandangan suasana hujan dan orang-orang naik becak. Maka yang terdengar di panggung hanyalah dentingan suara hasil petikan jari-jemari Jubing –alumnus Kolese Loyola Semarang.

Jubing Kristianto dalam pergelaran konser amal “A Night with A Mission: A Charity Concert 2017” produksi KPS YASS di Jakarta, Minggu 8 Oktober 2017. (Mathias Hariyadi)

Bagi penonton yang berumur di atas 40 tahun, maka dentingan bebunyian gitar akustik ini membawa memori mereka jauh ke belakang: masa sekolah yang hepi karena diajari menyanyi  tembang-tembang khas anak-anak sekolah yang sarat dengan sentuhan pedagogi.

Dua tembang lawas khas anak-anak sekolah itu laris manis mendapat tepuk tangan. Pun pula, saat tampilan bareng semua artis dan semua penyanyi latar menembangkan Thank You for the Music yang dipopulerkan grup musik ABBA asal Swedia tahun 1980-an.

Pemain harpa sekaligus penyanyi Angela July tampil menawan karena gayanya yang renyah berbalut busana sangat indah besutan Parang Kencana. (Mathias Hariyadi)

Tembang lawas Autumn Leaves yang dimainkan secara instrumental oleh kwartet Ava, Robert, Jubing, dan Bambang mampu membawa emosi penonton kepada suasana syahdu, mengingatkan pikiran orang pada sombre-nya dunia ketika daun-daun mulai layu jatuh ke tanah mengisi hari-hari  di musim gugur. Barangkali, nuansa ini akan jauh lebih kental, manakala tembang yang sama itu dinyanyikan dalam bahasa aslinya Les Feuilles Mortes (daun-daun layu berguguran) sebagaimana pernah dinyanyikan oleh Yves Montand dalam film Parigi è sempre Parigi (1951) besutan sutradara Luciano Emmer dan kemudian dinyanyikan oleh Yves lagi di Stadion Olympia Paris di tahun 1064.

Jubing bersama tiga musisi melantunkan The Autumn Leaves. (Mathias Hariyadi)

Sudah barang tentu, suasana sombre semacam itu tak muncul saat medley The Sound of Music muncul di panggung pentas oleh Eliz4beth. Apalagi ketika Angela July melantunkan How Does a Moment Last Forever –petikan dari film Beauty and the Beast—dan kemudian bersama Maruli Tampubolon melantunkan tembang City of Stars yang diambil dari film La La Land.

Angela dari asal Pontianak yang bermain harpa sekaligus bernyanyi tampil memukau lagi dalam tembang Beauty and the Beast bersama Samuel Dharmawan.

Karya nyata KPS dan YASS dari PUKAT KAJ

Lagu-lagu lawas dan anyar dalam kemasan pentas musik orkestra ini muncul di atas panggung yang mengusung label A Night with A Mission: A Charity Concert 2017. Ikut mendukung gelaran seni musik ini adalah Samuel Dharmawan, Lisa A. Riyanto & Eliz4beth, Finna Arifin, Shantell Vocal Ensemble, Tunas Muda Children Choir, dan Widya Kristianti Orchestra. Yang memboyong mereka ke panggung adalah Komunitas Peduli Seminari (KPS) bersama Yayasan Sahabat Seminari (YASS) –keduanya dibesut oleh para profesional dan usahawan katolik yang bergabung dalam organisasi non profit bernama PUKAT KAJ (Profesional Usahawan Katolik Keuskupan Agung Jakarta).

Ketua Panitia Lisa Monaliza. (Ist)

Sebagaimana diutarakan oleh Liza Monalisa, Ketua Panitia pergelaran musik  A Night with A Mission: A Charity Concert 2017  dalam sambutannya, pergelaran musik ini dikemas dengan maksud khusus yakni mengajak segenap insan penonton dan lainnya ikut peduli memberi perhatian kepada seminari –sekolah khusus untuk mendidik calon pastor.

Perhatian itu, kata alumnus Kolese Loyola Semarang ini, bukan saja hanya diwujudkan dalam doa-doa mendukung panggilan para seminaris dan para frater agar di kemudian hari ‘berhasil’ menjadi imam. Melainkan, kata Liza, atensi lebih nyata akan punya dampak lebih nyata sekaligus juga d akan lebih nyodok terasakan, apabila diwujudkan dalam bentuk yang lebih ‘kasat mata’ yakni donasi.

Konser amal peduli seminari “A Night with A Mission: Charity Concert 2017”.

KPS dan YASS –keduanya dalam bingkai organisasi PUKAT KAJ—ingin memfasilitasi niat-niat luhur tersebut.

Karena itu dan atas rekomendasi Komisi Seminari KWI, sejauh ini KPS dan YASS sudah berkerjasama dengan sejumlah seminari untuk mengimplementasian program pemberdayaan lahan, peningkatan kapasitas manajemen aset, dan sejumlah program lainnya.

Pergelaran musik bertajuk A Night with A Mission: A Charity Concert 2017 ini merupakan konser kedua “Peduli Kasih Seminari” yang telah dibesut oleh KPS-YASS PUKAT KAJ dalam kerjasamanya dengan Komisi Seminari KWI.

Pada tanggal 18 Oktober 2014 lalu, tulis Setyo Handoyo Singgih selalu Ketua YASS dan KPS, konser amal pertama mengusung tema Peduli Kasih Seminari – Charity Concert dan pergelaran musik ini berlangsung di TIM Jakarta.

Awam peduli seminari

Menjawab Sesawi.Net dan juga menghadiri pergelaran konser amal ini, Sekretaris Komisi Seminari KWI Romo Joseph Kristanto Suratman Pr menyatakan apresiasinya atas komitmen kaum awam di KAJ ini. Utamanya, komitmen umat katolik di tlatah Keuskupan Agung Jakarta mau dan ikut membantu Komisi Seminari KWI dalam upayanya terus-menerus ingin memperbaiki kualitas proses pendidikan para calon imam di semua seminari di seluruh penjuru Indonesia.

“KPS dan YASS ini sungguh berkomitmen mau mengupayakan perbaikan tingkat perekonomian seminari-seminari menengah. Untuk mewujudkan hal itu, KPS dan YASS  dari PUKAT KAJ lalu menggelar konser amal peduli seminari,” tutur mantan Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta ini.

Para suster tampil naik panggung dalam tembang cuplikan film Sister Act. (Mathias Hariyadi)
Bernyanyi dan berjoget untuk menarik atensi berdonasi bagi seminari. (Ist)

Bekerja dan berdoa

Romo Joseph Kristanto Suratman Pr: Dari Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta ke panggung KWI sebagai Sekretaris Komisi Seminari. (Ist)

“Saya pernah mengkuti rapat panitia konser dan yang saya rasakan adalah bahwa setiap orang dalam kepanitiaan ini sungguh total mau memberi perhatiannya pada kegiatan penggalangan dana untuk seminari-seminari dalam kerjasamanya dengan Komisi Seminari KWI. Mereka tidak hanya bekerja, tapi juga berdoa bersama dengan menggelar Novena,” tutur imam diosesan KAS alumnus Seminari Mertoyudan tahun masuk 1977.

Menurut Romo Kris yang juga pemerhati musik gerejani, apa yang dilakukan kelompok awam di lingkungan PUKAT KAJ melalui KPS dan YASS itu menunjukkan hal penting dalam hidup beriman katolik.

“Yakni, umat beriman kristiani yang bekerja secara total dan serius sembari tetap mengandalkan Tuhan ikut berperan dalam semua proses itu,” tegas Romo Kris yang hari-hari ini tengah memimpin koordinasi rapat bersama para imam rektor dan pendidik seminari se-Regio Sumatera di Pematang Siantar, Sumut.

Lagu-lagu cuplikan dari film-film terkenal.
Penghargaan kepada semua pihak yang berperan penting di atas panggung “A Night with A Mission”. (Mathias Hariyadi)

 

 

 

 

 

 

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version