PULUHAN orang yang berasal dari berbagai daerah yang tergabung dalam Asosiasi Alumni Jesuit Indonesia (AAJI) mengunjungi SD Kanisius Murukan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (19/11/2016) siang. Kunjungan tersebut untuk melihat secara langsung progres pembangunan SDK Murukan sampai saat ini.
Sekadar mengingatkan, satu ruang kelas SDK Murukan ini sempat roboh pada Kamis (21/1/2016) pagi karena kerangka atapnya rapuh. Dan kini, satu ruang kelas yang roboh itu sudah dibangun kembali. Bahkan, sekarang bertambah tiga ruang kelas yang baru. Karena bangunan sekolah yang baru ini dibuat dua lantai.
Kepala SD Kanisius Murukan St Karyanto mengucapkan terima kasih atas kunjungan dan bantuan dari AAJI ini. “Terima kasih atas kerja kerasnya dalam mengumpulkan donasi. Semoga donasi ini sungguh bermanfaat bagi sekolah, terutama untuk anak-anak didik kami,” ucapnya berkaca-kaca.
Sedang Ketua AAJI, Haji Datuk Sweida menyampaikan, berkat perjuangan teman-teman (AAJI), kebutuhan dana untuk pembangunan SD Kanisius Murukan sudah tercukupi. Bahkan sudah melampui target yang telah ditetapkan.
“Setelah kita beberapa kali rapat, berjuang, dan bekerja sampai ‘berdarah-darah, akhirnya target kebutuhan dana itu telah tercukupi. Meski begitu saya berharap, sesuatu yang baik (mengumpulkan donasi) ini jangan berhenti sampai di sini. Kita juga perlu memikirkan dan membantu sekolah-sekolah yang lain,” katanya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Kanisius Cabang Surakarta Rama Yoedho SJ menyatakan, sebelumnya di antara mereka tidak ada yang kenal. Mereka juga tidak mempunyai hubungan apa-apa. Mereka juga bukan saudara. “Tetapi, kita dipersatukan oleh perasaan keprihatinan yang sama. Yaitu keprihatinan dalam dunia pendidikan,” ujar rama.
Ia menjelaskan, sampai saat ini, Yayasan Kanisius Cabang Surakarta mengelola 40 sekolah yang tersebar di Kabupaten Klaten, Boyolali, Wonogiri, dan Kota Solo. Sedang untuk Keuskupan Agung Semarang (KAS), Yayasan Kanisius mengelola 191 sekolah. Dan pada tahun 2018 nanti, Yayasan Kanisius akan memperingati 100 tahun berdirinya sekolah-sekolah Kanisius.
“Meski (Yayasan Kanisius) sudah tua, tetapi kami masih berteriak-teriak minta tolong. Karena pada umummya, sekolah Kanisius itu berada di pinggiran. Sekolah Kanisius adalah sumbangsih Gereja dalam bidang pendidikan bagi bangsa,” terang rama.
Ia berterima kasih atas perhatian dan bantuan dari rekan-rekan AAJI. “Kami bercita-cita, ingin membangun sekolah (SD Kanisius Murukan) ini berbentuk leter U. Karena masih ada 4 kelas (kelas 1 dan 2, paralel) yang masih ‘numpang’ sekolah milik Suster Abdi Kristus (AK). Semoga kebaikan saudara-saudara menjadi gerakan yang mendorong guru-guru di sini dalam memberikan yang terbaik kepada anak-anak,” harap rama.
Ranking satu
Sekadar informasi, SD Kanisius Murukan merupakan 1 dari 4 sekolah di Cabang Surakarta yang memiliki kelas paralel. Meski berada di pinggiran (desa), namun prestasi akademik sekolah ini luar biasa. SD Kanisius Murukan selalu ranking 1 di Kecamatan Wedi, dan masuk 10 besar di Kabupaten Klaten. Sekolah ini telah melahirkan puluhan imam, bruder, dan suster. Bahkan juga ada yang menjadi Uskup.
Pada kunjungan itu, diperkenalkan para alumni dan sekolah yang termasuk dalam AAJI yang hadir di SDK Murukan. Di antaranya, di Yogyakarta ada Kolese De Brito, di Solo ada STM St Michael dan ATMI, di Magelang ada Seminari Menengah Santo Petrus Canisius Mertoyudan, di Semarang ada Kolese Loyola dan PIKA (Pendidikan Industri Kayu Atas), di Nabire Kolese le Coq d’Armandville (Papua), dan di Jakarta ada Kolese Gonzaga dan Kolese Kanisius.
Selain itu, juga hadir sejumlah alumni dari Pangudi Luhur, Ursula, dan Tarakanita.
Mereka yang hadir di SDK Murukan ini akan mengikuti lomba “Lari Dari Kamu Untuk Kamu (Kanisius Murukan)” dalam event Borobudur Marathon yang diadakan di Komplek Candi Borobudur, Magelang pada Minggu (20/11/2016) pagi. Donasi yang terkumpul dalam ajang “Lari Dari Kamu Untuk Kamu” ini akan disumbangkan untuk pembangunan SDK Murukan.