Selasa, 30 Juli 2024
Yer. 14:17-22;
Mzm. 79:8.9.11.13;
Mat. 13:36-43.
DALAM menghadapi masalah, kita mesti sabar. Bertindak sabar dan tidak grusa grusu. Karena tidak semua hal dapat diatasi dengan segera, dan bahwa ada saatnya untuk menunggu, mengerti, dan bertahan.
Dengan bertindak sabar, kita dapat menjaga keseimbangan emosional dan mental kita hingga tidak larut dan bertindak serampangan. Bersikap sabar juga merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk mempertahankan ketenangan dan kontrol diri di tengah-tengah situasi yang sulit atau penuh tekanan.
Dengan memiliki sikap sabar, kita dapat menerima setiap masalah sebagai bagian dari proses pembelajaran dan pertumbuhan pribadi.
“Saya sangat bersyukur kepada pamongku dulu,” kata seorang sahabat.
“Pamongku sungguh bijaksana hingga dia bisa menyadarkan diriku akan kasih dan panggilan dengan memberi waktu dan berusaha menemaniku.
Seperti petani yang dengan sabar merawat tanamannya, pamongku juga dengan sabar menunggu diriku untuk tumbuh dan berkembang dalam iman dan karakter yang baik.
Meskipun kadang-kadang aku membuat kesalahan atau mengalami kekacauan dalam hidupku, pamongku tetap setia dan memberikan kesempatan untuk berubah dan berkembang.
Kesabaran dia dengan memberiku waktu untuk bertumbuh dan mengatasi tantangan, sambil percaya akan perubahan menjadi baik.
Pamongku telah membawa kebaikan dan keindahan dari setiap situasi dalam hidupku. Dia menjajarkan padaku untuk bersabar dan percaya pada rencana Tuhan,” ujar sahabatku.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.”
Dalam perikope ini, Tuhan Yesus menjelaskan arti perumpamaan tentang seorang petani yang menanam gandum di ladangnya. Namun, saat gandum mulai tumbuh, lalang tanaman liar yang mirip dengan gandum juga tumbuh di antara gandum tersebut.
Para pelayan petani bertanya apakah mereka harus mencabut lalang itu, tetapi petani menjawab, “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu panen.”
Gandum, mewakili orang-orang baik yang hidup dalam iman dan kebenaran. Gandum adalah hasil yang diharapkan oleh petani, yang menggambarkan kehidupan yang penuh dengan cinta dan kebaikan.
Lalang mewakili orang-orang jahat atau tindakan-tindakan yang merusak. Lalang tumbuh di antara gandum dan dapat menghalangi pertumbuhan gandum jika tidak dikendalikan.
Petani adalah Yesus atau Tuhan, yang tahu kapan waktu yang tepat untuk memisahkan yang baik dari yang jahat.
Perumpamaan ini mengajarkan kita tentang kesabaran dan keadilan Tuhan. Tuhan membiarkan baik dan buruk tumbuh bersama untuk sementara waktu, karena Dia ingin memberi kesempatan kepada semua orang untuk berubah dan bertobat. Pada akhir zaman, Tuhan akan memisahkan yang baik dari yang jahat dengan adil.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku membuka hati untuk selalu memperbaiki diri hingga bisa menghasilkan buah kebaikan dalam hidupku?