DUA hari hari yang lalu, kita membaca perumpamaan tentang penabur (Matius 13:1-9). Hari ini, kita membaca tafsiran atas perumpamaan itu (Matius 13:18-23). Orang bisa juga memilih bacaan untuk peringatan Santo Yoakim dan Santa Anna (Sirakh 44:1.10-15) dan Matius 13:16-17).
Renungan ini berdasarkan bacaan harian (Matius 13:18-23). Ada perbedaan tekanan antara perumpamaan dan tafsirannya. Perumpamaannya bicara tentang penabur dan sukses yang dicapainya. Sedang tafsirannya menjelaskan tentang tempat jatuhnya benih itu.
Tafsiran itu menggambarkan pengalaman-pengalaman Gereja awali yang mencoba menyebarkan Injil Kerajaan Surga. Empat jenis tempat yang berbeda menampilkan empat tanggapan yang berbeda atas pewartaan itu.
Tempat pertama tidak memberi kesempatan sedikit pun kepada benih itu untuk berakar dan tumbuh. Inilah gambaran manusia sekuler yang menolak sama sekali sabda Tuhan.
Jenis tempat kedua menggambarkan orang yang menerima sabda Tuhan dengan penuh semangat. Namun tidak berakar. Karena itu, mudah sekali tercabut tatkala menghadapi tantangan seperti penganiayaan.
Tanah ketiga penuh dengan semak duri yang berarti kekhawatiran dan tipu daya kekayaan. Sabda Tuhan memang harus bersaing dengan pandangan dan mentalitas dunia yang tampak lebih kuat daripadanya. Kekuatan dunia itu membuat sabda itu tidak berakar dan tanpa buah.
Akhirnya, benih itu jatuh di tanah yang subur dan memungkinkan benih itu berakar dan masuk ke dalam tanah itu. Kemudian menjadi pohon yang menghasilkan buah yang berlimpah. Ini menggambarkan hati orang yang menerima sabda, percaya akan sabda itu, dan menghayatinya. Mereka sukses membawa pengaruh sabda Tuhan atas dunia ini.
Dari tafsiran itu, kita dapat belajar bahwa benih sabda itu baru akan menghasilkan bila telah lebih dahulu berakar dalam diri seseorang. Artinya, orang menerima, percaya, dan menghayatinya secara kuat.
Bagaimanakah selama ini kita menanggapi sabda Tuhan yang Yesus ajarkan?
Jumat, 26 Juli 2024
Peringatan Santo Yoakim dan Anna, orangtua Bunda Maria
HWDSF