Home BERITA Aku pun Tidak Menghukum Engkau

Aku pun Tidak Menghukum Engkau

0
Tuhan Yesus yang penuh kasih

Senin, 7 April.2025

Dan 13:1-9,15-17,19-30,33-62
Maz 23:1-3a,3b-4,5,6
Yoh 8:1-11

ADA kebahagiaan yang tidak bisa dibeli dengan harta, tidak bisa digantikan dengan pencapaian, dan tidak bisa diberikan oleh manusia, yaitu kebahagiaan saat Tuhan tidak memperhitungkan dosa-dosa kita.

Sering kali, rasa bersalah membuat hati kita berat. Kita merasa tidak layak, malu, dan takut akan penghakiman. Dunia ini cepat menghakimi dan lambat mengampuni.

Sekali orang tahu kesalahan kita, nama baik bisa hancur. Tapi syukurlah, kasih Tuhan berbeda. Dia melihat hati yang hancur dan menyesal, dan bukannya mempermalukan, Ia malah menutupi kita dengan kasih dan pengampunan.

Tuhan tidak menuntut kita untuk mempermalukan diri di depan umum demi pengampunan. Ia tidak meminta kita membawa aib kita ke tengah keramaian. Yang Ia inginkan hanyalah pertobatan yang tulus dan hati yang mau berubah.

Di hadapan-Nya, kita bisa datang dengan luka dan rasa bersalah, dan keluar dengan damai dan sukacita. Tidak ada hukuman, tidak ada ejekan. Hanya kasih yang menutupi dan pengampunan yang memulihkan.

Kebahagiaan sejati bukan ketika kita sempurna, tapi ketika kita tahu bahwa sekalipun kita tidak sempurna, kita tetap dikasihi.

Di situlah damai itu muncul, ketika dosa kita tidak diingat lagi, dan kita diberi kesempatan untuk hidup baru, tanpa beban masa lalu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

Dalam sekejap, hidup perempuan itu hampir berakhir. Ia diseret ke hadapan orang banyak, dituduh berzinah, dan hukumannya sudah jelas: dilempari batu sampai mati. Tapi di tengah keramaian yang siap menghukumnya, Yesus memilih jalan yang berbeda.

Yesus tidak membantah bahwa perempuan itu berdosa. Ia tahu kebenarannya. Tapi Ia juga tahu sesuatu yang lebih dalam: bahwa setiap orang yang membawa batu pun bukan tanpa dosa.

Inilah wajah kasih karunia: saat kita layak dihukum, Tuhan justru membuka jalan pengampunan. Ia tidak menunggu kita menjadi sempurna dulu baru dikasihi. Ia mengasihi dulu, lalu memampukan kita untuk berubah.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa mengampuni orang yang bersalah padaku?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version