Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian “Aku Suka Singkong, Kau Suka Keju”

“Aku Suka Singkong, Kau Suka Keju”

0
Pamer by Faultable

Puncta 31.01.24
PW. St. Yohanes Bosco, Imam
Markus 6: 1-6

MENTAL inlander yang terlalu lama dijajah bangsa asing sering melekat dalam diri kita, sehingga kita menjadi bangsa yang minder dan tidak mampu menghargai hasil karya sendiri. Segala yang baik dan bermutu adalah produk luar. Sedangkan hasil karya sendiri diabaikan dan direndahkan.

Seolah-olah kalau sudah produk luar negeri itu yang paling baik. Akibatnya kita tidak mau menghargai hasil karya anak bangsa. Berapa saja karya-karya anak bangsa yang justru dihargai di luar negeri dan dikembangkan di sana.

Misalnya Aryanto Misel menemukan alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan yang disebut Nikuba. Tetapi penemuannya tidak diakui di sini, justru dikembangkan di negara lain.

Tjokorda Raka Sukawati menemukan konstruksi Sasrabahu atau sistem Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH) yang dilirik dunia.

Pasalnya sistem ini mempermudah pembangunan jalan layang tanpa mengganggu arus lalu lintas. Hasil temuan lulusan teknik sipil ITB itu dipakai untuk membangun jembatan di Seattle, Amerika Serikat.

Penyanyi Arie Wibowo menyindir kita yang suka branded luar negeri dengan lagu Singkong dan Keju.

“Parfummu dari Paris. Sepatumu dari Itali.

Kau bilang demi gengsi. Semua serba luar negeri. Manakah mungkin mengikuti caramu, yang penuh hura-hura.
Aku suka jaipong, kau suka disko Oh, oh. Aku suka singkong, kau suka keju Oh, oh.
Aku dambakan seorang gadis yang sederhana. Aku ini hanya anak singkong.”

Yesus datang ke Nasaret tempat asal-Nya. Dia juga tidak diterima dan dihargai di tanah air-Nya sendiri.

Mereka semua mengetahui latar belakang keluarga-Nya. Mereka kecewa dan menolak Dia. Orang-orang Nasaret tidak menghargai-Nya.

Yesus berkata, “Seorang nabi dihormati dimana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.”

Karena mereka tidak percaya maka tidak ada mukjizat yang dibuat-Nya.

Kita tidak akan maju kalau tidak mau menghargai hasil karya anak negeri. Tidak akan ada hal yang hebat tercipta kalau kita tidak percaya pada kreativitas dan inovasi anak-anak sendiri.

Mental jongos atau mental budak tidak akan hilang jika kita tidak mampu menghargai martabat luhur kita sendiri. Mental itu harus dikikis habis dari dasar mindset kita.

Revolusi Mental itu harus dibangun untuk menghargai martabat luhur bangsa kita sendiri.

Apakah martabat luhur anda cukup dibeli dengan pembagian sembako atau amplop seratus ribu pada saat pemilu nanti? Hanya sejauh itukah harga diri anda?

Lihat badut-badut di layar kaca,
Membual janji-janji kalau berkuasa.
Hargai hasil karya anak bangsa,
Cara membangun mental merdeka.

Cawas, belajar menghargai diri sendiri
Rm. A.Joko Purwanto, Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version