Home BERITA Aku Tidak Oke

Aku Tidak Oke

0
Ilustrasi - bed rumah sakit. (Ist)

Jumat, 1 Juli 2022

  • Kej.23:1-4.19.24:1-8.62-67.
  • Mzm.106:1-2.3-4a.4b-5;
  • Mat.9:9-13.

JUJUR menyadari keadaan diri yang sebenarnya serta mengakuinya tidaklah mudah dilakukan oleh setiap orang.

Banyak orang merasa baik-baik saja, meski keadaannya sangat memprihatinkan, sakit dan perlu pertolongan.

Mereka berusaha tampil sebaik mungkin untuk menutupi kelemahan yang ada.

Seorang ibu mensyeringkan betapa sedihnya karena dia merasa kecolongan atas keadaan yang menimpa suaminya.

Penyakit diabetes yang menimpa suaminya hingga beberapa jemari kakinya harus diamputasi terjadi, karena kelalaian suaminya dan juga dia.

Suaminya sungguh membutuhkan seorang dokter untuk berobat, tetapi tidak pernah mau mengakuinya.

Meskipun didesak-desak olehnya dan anak-anak, ia tetap menolak untuk mengunjungi seorang dokter sampai penyakit yang dia derita itu akhirnya menjadi begitu serius.

Ketika merasa tidak kuat, ia menyerah dan terpaksa pergi ke dokter. Namun keadaannya sudah parah.

Suamiku orang yang tidak cengeng dan tidak suka mengeluh, tetapi juga keras kepala dan tidak mudah menerima masukan orang lain.

Ia selalu menampilkan diri bahwa segalanya bisa diatasi sendiri.

Kini dia menyesal karena tidak sejak awal pergi ke dokter.

Semuanya kini terlambat, karena ia kurang rendah hati mengakui keadaan diri sendiri yang rapuh dan perlu pertolongan.

Tidak semua yang terjadi atas hidupnya bisa diatasi sendiri. Ternyata bantuan orang lain itu sangat perlu.

Kita pun dapat mempunyai kesulitan yang sama, karena kita tidak mau menerima kenyataan bahwa kita lemah dan perlu pertolongan.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.

Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus, “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.

Jadi, pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Para pemungut pajak dan orang berdosa dengan jelas dapat melihat dan menerima keadaan mereka, sebagai orang berdosa.

Orang-orang Farisi tidak mau mengakuinya kelemahan dan dosa mereka maka mereka tidak mau pergi ke Sang Dokter Agung agar dapat memperoleh kehidupan dan kesehatan yang baru.

Sering kali kita berhadapan dengan kenyataan, ada yang merasa berdosa dan menganggap diri orang-orang benar.

Sebenarnya harus diakui dan disadari bahwa semua orang adalah pendosa.

Banyak orang yang mengetahui dan mengakui kenyataan ini, hingga mereka dengan segala kerendahan hati menata hidup dan menjalani langkah pertobatan.

Bahkan dengan segala kelemahan dan kebutuhan yang ada mereka datang kepada Yesus.

Namun juga ada orang-orang yang menolak untuk mengakui kenyataan ini, maka mereka tidak datang kepada Yesus guna menerima belaskasihan dan kesembuhan.

Selama kita masih merasa bahwa diri kita “tidak terlalu jelek”, maka hal itu berarti bahwa kita masih mencoba mengandalkan diri pada “kebaikan” kita sendiri.

Dengan demikian kita tidak dapat mengalami keselamatan, kesembuhan dan pembaharuan hidup yang terwujud hanya melalui Yesus.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sungguh memandang diriku sebagai seorang pendosa yang membutuhkan penebusan melalui darah Yesus?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version