Home BERITA Amal Tiada Putusnya

Amal Tiada Putusnya

0
Ilustrasi (ist)

BAPERAN – Bacaan Permenungan Harian

Rabu, 16 Juni 2021

Tema: Godaan Pamer

Bacaan:

  • 2 kor 9: 6-11
  • Mat. 6: 1-6, 16-18

MENGAGUMKAN bacaan Injil hari ini. Allah membalas kebaikan. Dia juga melipat-gandakan kemurahan-Nya atas budi baik kita.

Jangan sedih dan pelit untuk berderma. Sedekah, doa dan puasa sebagai ungkapan syukur atas kebaikan Allah memberi celah sukacita abadi, citarasa ilahi dalam Tuhan.

Dia meluruskan dan memurnikan hati untuk tidak jatuh pada kepameran. Ia membalas setiap budi baik dan memperhitungkan sebagai sembah syukur kita. Ia tahu dan mengerti apa yang tersimpan dan tersembunyi dalam hati.

Dia mengerti.

Inilah iman yang hidup; perilaku anak-anak Bapa. Hidup keagamaan yang tidak sama seperti kaum Farisi, ahli-ahli Kitab Taurat, Imam-imam kepala dan Tua-tua saat itu.

Tuhan melipat-gandakan kebajikanmu

Usai Ekaristi, sepasang suami isteri datang mendekati aku dan langsung berkata, “Romo, ini sedikit sumbangan.”

“Intensinya untuk apa ya?,” tanyaku kaget.

“Apa saja romo. Dari keluarga. Kami memang selalu menyisihkan untuk orang lain.”

Singkat. Tidak bertele-tele. Langsung mereka pamit berdoa sejenak depan Ibu Maria. Sembah sujud amal kebaikan keluarga ini biarlah menjadi buah iman mereka.

Kebajikan hatinya tidak hanya sekali saja. Mereka berkali-kali melakukannya.

Jauh dari kesan sombong dan juga tidak suka pamer.

Saya kagum akan cara mereka beriman. Sederhana, hidup bersahaja dan peka.

Saya melihat pasangan ini rajin datang ke gereja. Bahkan di misa harian pun tak ketinggalan. Kalau anaknya datang dari luar kota, keluarga ini utuh datang.

Mengagumkan.

Mereka selalu memakai pakaian dengan motif dan warna yang sama, a lovely couple.

Sebuah cermin keseragaman hati.

Saya yakin, mereka menyiapkan diri sebelum Perayaan Ekaristi. Cara berpakaian menunjuk pada intensi hati.

Menurut kesaksian dari jemaat lingkungan, keluarga ini termasuk pribadi yang baik, dikenal ramah.

Rumahnya selalu terbuka untuk dijadikan tempat berkumpul,  berhimpun baik pendalaman materi  Kitab Suci, Ekaristi lingkungan atau yang lain.

Saya telusuri pihak suami. Pribadi yang kalem dan baik. Tidak banyak ceritera atau nimbrung hoaks. 

Saya tidak pernah mendengar keluhan mereka baik dalam usaha dan hidup keluarga.

Jauh dari pergunjingan.

Beberapa kali perjumpaan selalu ceria dan mudah tersenyum.

Pribadi yang bersahaja.

Sayang orangtuanya sudah sudah dipanggil Tuhan.

Saya bisa membayangkan bagaimana orangtua mereka mendidik anak-anaknya.

Yang saya tahu, mereka tidak neko-neko.

Kebetulan saya mengenal orangtua dari pihak nyonya. Ayah agak pendiam. Ibunya ramah, baik, bersahaja.

Selalu menyiapkan diri dengan berhias saat ke gereja. Untuk bertemu dengan Tuhan, diberikan yang terbaik dari dirinya. Ia masih kelihatan begitu cantik di umurnya yang sepuh.

Beberapa kali berjumpa dengan mereka, suasana ramah dan sukacita. Keakraban dan kehangatan kualami.

Saya mengalami perhatian dan kebaikan mereka. Kebaikan mereka tidak diragukan. Dan hidup mereka tidak kekurangan. A happy family.

Betul, apa yang dikatakan Santo Paulus dan itu saya lihat ada dalam diri keluarga ini.

“Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah karena kami.” ay 7-8, 11.

Kebajikan dan kemurahan hati adalah buah iman akan ajarkan Yesus; jalan sukacita dalam hidup, dan kesatuan hati dalam keluarga.

Sedekah adalah buah doa dan puasa. 

Sebaliknya doa dan puasa memurnikan amal baik kepada mereka yang kecil.

Bukan pamer.

Kegembiraan berbagi meja makan tak lain adalah keadilan iman dari hati yang taat, intensi murni.

Kebeningan jiwa mampu memahami kehidupan dalam rancangan Allah.

Kerelaan dan keberanian mewujudkan kasih, itulah sukacita dan kebenaran Injil.

Di atas semua itu, memandang dan bertindak karena kasih itulah pengudusan hidup.

Tuhan, ajar aku bersyukur bila berbagi. Amin

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version