Home BERITA Anak Autis, Ada Keinginan Mau Membuangnya

Anak Autis, Ada Keinginan Mau Membuangnya

0
Ilustrasi - Anak autis. (Ist)

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.

Kamis, 23 September 2021.

Tema: Setulus kasih keluarga.

  • Hag. 1: 1-8.
  • Luk. 9: 7-9.

SIAPA sih yang mau menderita? Ingin sakit? Tidak bisa melihat masa depan. Tidak pula ada harapan. Karena dosa?

Belum tentu juga. Bahkan tak terkait dengan dosa.

Ada yang berkata, sumber penderitaan adalah keinginan. Maka, buanglah keinginan, jika tidak ingin menderita.

Ada betulnya. Tapi ada penderitaan yang dialami, karena iman.

Penderitaan karena tindak kasih dan kebaikan. Itu merupakan derita yang menguduskan dan mengubah hidup secara positif. Ia menerima dan memeluk derita itu sebagai ungkapan cinta dan kesetiaannya.

Sebuah kebahagiaan juga.

“Dulu saya merasa capek. Kadang sedikit memberontak kepada Tuhan. Betapa tidak, Romo,” ungkapnya gundah.

“Sebab apa Pak?” tanyaku langsung.

“Saya hidup takut akan Tuhan. Saya bekerja keras agar keluarga saya hidup dengan cukup. Tidak kekurangan. Tuhan memberkati. Keluarga bahagia. Kami dikaruniai dua anak laki-laki dan dua perempuan.

Saya menyenangi pekerjaan saya.

Suatu saat, anak terkecil sakit panas. Kami terlambat menanganinya. Fisik normal. Perilakunya kadang melebihi seorang anak autis. Bagaimana nanti anak ini? Dia laki-laki dan mulai beranjak dewasa.

Saya belajar menerimanya. Saya sedih dan pilu. Saya tidak mampu melihat polah-tingkahnya.

Rasanya ingin saya buang saja. Ingin saya titipkan agar mata ini tidak melihat. Akan saya bayar semahal apa pun. Tetapi hati saya berkata lain. Ia lahir sehat, baik, sempurna. Itu anakku. Aku menyayanginya,” desahnya sedih.

“Bagaimana dengan ibu?”

“Saya juga ikut jadi lelah, Pastor.”

“Saya harus mendampingi terus-menerus. Tidak bisa dilepaskan begitu saja. Ia akan mencelakai dirinya sendiri. Bahkan orang lain, tanpa dia sadar.

Pernah suatu saat, saya bergurau dengan dia, dan entah kenapa tiba-tiba dia marah, mengamuk dan mulai memukul.

Awalnya saya biarkan. Tidak begitu sakit. Mungkin ungkapan kejenuhan, ketenangan batinnya terganggu. Dia lebih keras memukul dengan mata yang berbinar-binar, seakan-akan melampiaskan nafsu kepada saya.

Saat itu, saya sadar. Ini bukan lagi ekspresi batinnya yang mungkin mengalami kesepian.

Saya membentaknya keras.

Begitu mendengar suara keras saya, ia menciut, menangis dan ketakutan. Ia lari ke sudut kamarnya. Duduk sambil duduk ketakutan.

Di situ hati saya menangis. Saya menyesal. Tetapi saya juga tidak tahu apa yang akan terjadi dalam diri anak saya kedepannya.

Tidak mungkin saya terus-menerus mendampingi. Badan saya semakin berumur. Ia semakin kuat dan subur.

Syukurlah suami dan anak-anak mengerti bahwa perhatian saya lebih pada anak yang kecil dan bermasalah ini.

Saya dekati dia. Saya membelai rambutnya.

Awalnya dia menolak dan ketakutan. Saya berbisik, “Dek ini Mami. Mami sayang. Saya memeluknya. Saya menangis. Ia mulai tenang dan mengarahkan pandangannya ke saya. Saya usap wajahnya pelan-pelan dengan penuh perasaan. Ia mulai nyaman, tenang.

Ayo di kita jalan-jalan. Temani Mami ya.”

Ia pun beranjak.

Yang saya cemas sekarang ini, ia tumbuh sebagai laki-laki normal. Pola dan tingkahnya tidak seimbang.

Suatu saat saya tergerak memeluknya. Ia melakukan hal yang baik. Sebagaimana saya memeluknya satu persatu sebagai ungkapan cinta seorang ibu.

Ketika saya memeluk dan memuji dia, dia pun memeluk saya. Saya bahagia karena dia menerima perhatian saya. Tetapi lama-lama, pasti tanpa sadar, dia melakukan gerakan-gerakan yang tidak wajar.

Saya tahu, ini gerakan seorang laki-laki.

Saya menyadarkan dengan berbisik, “Dek ini Mami. Kamu sekarang sudah besar. Mami bangga dan senang. Dedek yang sehat ya. Makan yang cukup. Papi Mami sayang kamu.”

Sebuah derita yang menguduskan.

“Setiap orang yang menjumpai Yesus akan menerima belas kasih-Nya.”. Bdk. ay 9b.

Hari ini kita merayakan pesta Santo Padre Pio. Ia dianugerahi stigmata, lima luka Yesus yang menguduskan.

Tuhan, semoga derita iman kami berkenan pada-Mu. Amin.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version