Home BERITA Anak dari Tuhan  

Anak dari Tuhan  

0
Ilustrasi: (Ist)

Renungan Harian
02 Februari 2022
Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah

  • Bacaan I: Mal. 3: 1-4
  • Bacaan II: Ibr. 2: 14-18
  • Injil: Luk. 2: 22-40

SEPULANG dari gereja, saya melihat pasangan suami isteri dan puterinya yang masih kecil. Saya merasa belum pernah melihat pasangan itu, maka saya menyapa: “Maaf, bapak ibu baru di paroki ini?”

“ Iya Romo, kami baru ikut misa di gereja ini. Kami hanya liburan; kami dari luar kota.”

“Oh selamat datang. Wah ini puetrinya kok fotokopi ibunya, mirip sekali,” lanjut saya.

“Terima kasih. Iya Romo, ini fotokopi mamanya. Setiap orang yang bertemu dengan kami selalu mengatakan begitu. Anak ini hadiah luar biasa dari Tuhan,” bapak itu menjawab.

“Wah hebat, luar biasa. Selamat ya,” jawab saya.

“Romo, kami boleh bicara sebentar dan mohon berkat?” pinta bapak itu.

“Oh ya mari silahkan, kita ke ruang tamu”
 
“Romo, kami sudah menikah 12 tahun belum diberi anak. Sejak lima tahun perkawinan kami mulai berusaha untuk mendapatkan anak. Memang kata dokter ada kelemahan dalam diri saya sehingga membuat susah untuk mendapatkan anak.

Tetapi dokter tetap membantu dengan terapi agar kami mendapatkan anak. Ada seorang suster yang menyarankan agar kami selalu mengikuti misa setiap hari dan mohon agar mendapatkan kemurahan Tuhan.

Romo, sejak itu kami berdua selalu mengikuti misa pagi, bahkan kalau kami mendapatkan tugas ke luar kota, kami selalu mencari hotel yang dekat dengan gereja, agar kami dapat ikut misa pagi.
 
Romo, sampai 10 tahun perkawinan, tidak ada tanda-tanda apa pun kami mau mendapatkan anak.

Pada titik itu, kami sudah pasrah, bahwa kami tidak akan diberi anak. Beberapa teman menyarankan agar kami mengangkat anak; karena menurut mereka banyak pengalaman bahkan seorang teman dekat kami mengalami bahwa dengan mengangkat anak kemudian bisa mendapatkan anak.

Mendengar saran dari teman-teman dan juga dari orangtua kami mulai berpikir untuk mengangkat anak.

Di lain pihak suster yang kami kenal tetap menyarankan agar kami tidak berputus asa. Beliau meminta kami untuk tetap tekun mengikuti misa pagi dan selalu mohon serta berharap pada belas kasih-Nya.
 
Romo memasuki usia perkawinan kami yang kedua belas, kami sudah sungguh-sungguh tidak berharap akan mendapatkan anak, karena mengingat usia isteri.

Maka kami berpasrah menerima apa yang terbaik yang Tuhan berikan kepada kami.

Suatu pagi, kami berangkat ke gereja lebih pagi dari biasanya, karena kami ingin berdoa di gua Maria.

Saat kami memasuki halaman gereja, kami melihat koster, karyawan gereja, satpam dan beberapa tukang becak berkumpul di depan pintu utama gereja.

Ketika kami mendekat ternyata ada bayi yang ditinggal di pintu utama gereja. Semua tidak tahu siapa yang meletakkan di situ, karena saat itu satpam sedang ke belakang dan koster baru datang lewat pintu belakang sebagaimana biasa.
 
Mungkin karena dikerubuti banyak orang bayi itu menangis keras, dan spontan isteri saya menggendong bayi itu karena kasih. Saat di gendongan istri saya bayi itu diam dan tidur tenang.

Semua orang di situ heran melihat bayi itu tiba-tiba diam.

Romo, singkatnya anak itu kami angkat menjadi anak kami. Kami bersyukur atas anugerah besar ini. Kami menunggu hampir tujuh tahun dengan setiap hari misa pagi dan mohon, akhirnya kami diberi anak oleh Tuhan.

Memang dia tidak lahir dari rahim istrei saya, tetapi dia lahir dari hati kami, dari kasih kami. Dan yang luar biasa adalah wajah anak ini amat mirip dengan isteri saya, seperti yang romo katakan bahwa anak ini fotokopi ibunya,” bapak itu bercerita.
 
Ketekunan dan kesetiaan yang luar biasa, untuk selalu memohon dan berpegang pada harapan hingga saatnya Tuhan memberikan rahmat yang luar biasa.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, ketekunan dan kesetiaan Simeon dalam menantikan Mesias hingga ia mendapatkan rahmat besar bertemu dengan Dia yang dinantikan.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version