Sabtu, 14 Agustus 2021
Yos.24:14-29.
Mat. 19:13-15
“JANGAN lari-lari dan ribut, nanti romo marah,” kata seorang ibu kepada anaknya yang sedang berlari mengejar temannya.
“Ngak akan, Romo tidak akan marah. Romo baik dan sayang sama sayang,” sahut anak kecil itu menjawab teguran ibunya sembari berhenti. kemudian lari lagi.
Mendengar jawaban anak itu, saya dari sankristi tersenyum.
Saya merasakan kebahagiaan bahwa di mata anak-anak itu, saya tidak menakutkan, tidak menyeramkan hingga membuat mereka takut.
“Ini Romo, anak-anak harus tenang dan tidak boleh ributkan?”kata ibu tadi minta dukungan, supaya saya mengamininya.
“Iya, semua harus tenang dan ikut misa,” jawabku.
“Asyik, jadi sebelum misa kami boleh bermain kan, Romo?” tanya anak kecil, puteri ibu itu.
“Boleh dong,”jawabku.
“Hore,” sorak anak itu sambil berlari ke arah teman-temannya.
Gembira, senang dan bersukacita adalah warna cerah anak-anak. Apalagi jika mereka berkumpul dengan teman-temannya, suasana akan meriah dan penuh keceriaan.
Namun sayang, kadang kebebasan ekspresi gembira anak-anak itu dibelenggu. Mereka harus bersikap dan bertingkah laku seperti orangtua.
Kemeriahan dan keceriaan anak dianggap menganggu keheningan dan suasana hati orangtua.
Kegembiraan anak direbut oleh orangtua dengan ancaman,” Awas romo nanti marah.”
Seperti bacaan Injil hari ini, Yesus memberkati anak-anak yang datang pada-Nya. Meski para murid marah pada orangtua yang membawa anak-anak itu.
Yesus mengundang kita untuk menjadi suluran berkat dan kegembiraan bagi anak-anak.
Anak-anak itu jujur dan polos. Mereka menangkap dengan hati bahasa kasih, bahasa persabahatan, bahasa berkat dari orang-orangtua.
Mereka tidak akan bermain jika hati mereka tidak senang. Mereka tidak akan berlari-lari jika ada ancaman.
Bagaimana sikapku terhadap anak-anak?
Apakah aku menjadi pembawa berkat bagi mereka?
