Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Antara Agape, Philia, dan Eros

Antara Agape, Philia, dan Eros

0
Petrus dan murid yang dikasihi Yesus di makam, by Giovanni Francesco Romanelli, circa 1640.

Puncta 17 Mei 2024
Jum’at Paskah VII
Yohanes 21: 15-19

DALAM Bahasa Indonesia tidak dibedakan secara jelas antara kata mengasihi, mencintai, dan menyayangi. Semua kata itu maknanya sama. Dalam Bahasa Yunani kata mencintai itu dibedakan menjadi tiga makna yakni Agape, Philia dan Eros.

Eros merupakan cinta yang terarah kepada orang lain tetapi ditujukan demi kepuasan pribadi orang yang mencintai. Dengan kata lain, cinta ini terarah kepada diri sendiri, egosentris. Kata ini jarang dipakai dalam Kitab Suci.

Yang dipakai dalam percakapan Yesus dengan Petrus dalam perikope ini adalah kata philia dan agape. Di sana Yesus bertanya sebanyak tiga kali kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?”

Pertanyaan Yesus yang pertama ditambahi dengan “lebih daripada mereka ini?” dan yang kedua juga menggunakan kata agape, “Apakah engkau mengasihi (agapo) Aku?

Tetapi tuntutan “lebih daripada mereka ini” dihilangkan pada pertanyaan kedua. Agape adalah cinta yang paling tinggi. Cinta yang rela berkorban jiwa raga bagi yang dikasihinya. Cinta total tak bersyarat.

Namun Petrus selalu menjawabnya dengan, “….Engkau tahu bahwa aku mengasihi (philieo) Engkau”. Philia adalah cinta persahabatan antar teman biasa. Sahabat yang saling menguntungkan dan diuntungkan. Ada semacam simbiosis mutualisme.

Kira-kira Petrus berkata pada Yesus,”Ya Tuhan aku adalah bagian dari teman-Mu.” Dia tidak berani menjawab dengan agapeo karena Petrus sadar akan ketidaksetiaannya, pernah menyangkal pertemanan dengan Yesus.

Yang ketiga kalinya, Yesus bertanya, “Apakah engkau mangasihi (phileo) Aku?” Dan Petrus menjawab, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (phileo) Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” (Yoh 21:17)

Nampaknya Yesus memahami bahwa kasih Petrus kepada-Nya tidak akan sama besar dengan kasih-Nya yang agape. Tetapi Kristus menerima pernyataan kasih dari Petrus yang jujur ini, dan tetap mempercayakan penggembalaan kawanan domba-Nya kepada Si Batu Karang ini.

Derajat pertanyaan ketiga turun dari Agape ke Philia. Kristus turun untuk menyesuaikan diri. Penerimaan Yesus akan diri Petrus yang lemah ini justru mengubah Petrus, dan menumbuhkan kasih di dalam hatinya, sehingga kelak di akhir hidupnya, Petrus berani mengurbankan diri (kasih agape) kepada Kristus dengan mati di salib seperti Gurunya.

Petrus rela menyerahkan dirinya untuk dihukum mati oleh kaisar Roma dengan disalibkan terbalik, demi membalas kasihnya kepada Kristus.

Kita bisa belajar dari Petrus yang jatuh bangun, gagal dan bangkit lagi, bertobat dan mengambil resiko untuk berani mengasihi secara total (Kasih Agape) sebagaimana Kristus yang mengasihi dengan total.

Pertanyaan Yesus jugamasih tetap sama sampai sekarang untuk kita semua, “Apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka itu?” Lalu apakah jawaban kita kepada-Nya?

Satu dua tiga dan empat
Ayo kita berlari dengan cepat
Cinta yang sejati tiada syarat
Ia rela berkorban bagi sahabat

Cawas, mengasihimu senantiasa
Rm. A. Joko Purwanto Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version