Home BERITA Apa Kata Mereka tentang Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm

Apa Kata Mereka tentang Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm

0
Uskup Keuskupan Malang Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm

 

Joseph Heri Adisena, kakak kertua Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan

“KAMI adalah tujuh bersaudara anak dari pasangan Ibu Maria Magdalena Sri Wahyuni dan Bapak Laurensius Hadijono Gunawan. Dari tujuh orang anak ini, adik saya yang nomor tiga dan empat sudah mendahului kami menghadap Tuhan. Dua adik saya lainnya menjadi imam: mereka anak  nomor empat dan lima.”

“Selain karena kehendak Allah,  mungkin karena doa-doa dan kerinduan Mami saya yang pada masa mudanya bercita-cita menjadi seorang suster.  Cita-cita itu kandas, karena Mami harus mengasuh adik-adiknya yang masih kecil-kecil setelah ditinggal nenek saya meninggal. Sejak Mami menikah, beliau selalu berdoa agar kelak bila dikarunia anak,  ada yang diperkenankan menjadi imam.  Puji Tuhan, doa-doa Mami dikabulkan oleh Tuhan.”

“Masa kecil Mgr. Pid seperti anak laki-laki lainnya. Lutut kakinya sering berdarah dan terbentur, karena beliau memang menyukai olahraga. Setelah lulus SD, beliau mengikuti jejak kakaknya (alm. Rm. Anton Gunawan O.Carm) masuk Seminarium Magisterium di Lawang. Kami sekeluarga pada awalnya menduga paling-paling ia tidak akan sampai satu pekan di situ dan kemudian Mgr. Pid akan pamit pulang meninggalkan seminari, apalagi kalau mengingat sifatnya yang suka agak memilih-milih. Ternyata dugaan kami meleset, beliau lanjut terus bahkan sampai akhirnya dipilih menjadi Uskup.”

kakak-mgr-pidyarto
Joseph Heri Adisena

“Menjelang pengumuman resmi pengangkatannya sebagai Uskup Dioses Malang pada 28 Juni 2016 lalu, kami diberi ucapan selamat oleh teman-teman dan keluarga besar . ‘Selamat ya, Koko Pid dipilih menjadi Uskup.’”

“Kami pada awalnya masih tidak percaya atas berita ini. Bahkan, ketika menelpon Mgr. Pidyarto sendiri, beliau hanya menjawab, ‘Nanti pukul 17.00  sore baru ada pengumumannya.’”

“Ketika akhirnya hal itu diumumkan secara resmi, Mami tidak percaya dan merasa terharu. Kok bisa ya? Kami tidak pernah bermimpi tentang hal ini, apalagi Mgr. Pid selama lebih dari 30 tahun berkarya sebagai dosen saja; ia tidak pernah bekerja di paroki. Saya dengar yang bisa menjadi uskup harus pernah bekerja di paroki. Namun tanda-tanda ini sudah tampak. Sewaktu beliau main ke Jakarta beberapa waktu lalu,  beberapa teman di Paroki Maria Bunda Karmel (MKK) ada yang kemudian bercanda ‘Ayo kita foto dulu sebelum jadi uskup.’ Ternyata, canda itu sungguh menjadi kenyataan.”

“Mgr. Pidyarto ini orangnya tegas dan bisa menolak kalau memang tidak sesuai dengan prinsipnya. Memang, dalam hal-hal prinsip,  beliau sulit diajak bderkompromi. Namun, untuk hal-hal yang kurang prinsipiil,  beliau masih memiliki toleransi. Beliau juga orang yang tidak mudah menjanjikan sesuatu, karena berprinsip bahwa janji harus ditepati. Kalau merasa tidak bisa menepati, ya tidak usah berjanji. Itu menjadi prinsip beliau.”

“Saya berharap bahwa Mgr. Pidyarto bisa melakukan banyak perubahan dalam hal-hal tertentu. Sebagai dosen selama 30 tahun berkecimpung bergaul dengan para mahasiswa, beliau pasti terbiasa memberi teguran atau bersikap marah. Kini,  dalam tugasnya yang baru sebagai seorang Uskup, tentu saja sikap sebagai dosen tidak bisa diterapkan begitu saja dalam tugas penggembalaannya. Apalagi ketika berhubungan dengan umat yang berlainan agama.  Semoga Roh Kudus selalu membimbing dan menuntunnya, karena kami percaya bahwa Tuhan sudah memilihnya, pasti juga Dia akan memberi kekuatan dan bimbingan Roh Kudus-Nya kepadanya.”

“Saya selalu mendoakannya setiap pagi dan malam. Terutama ketika mengikuti Misa Kudus, pada waktu konsekrasi dan komuni, kami selalu membawa dalam doa semua imam, biarawan dan biarawati serta para seminaris. Semoga mereka tetap setia sampai Tuhan memanggilnya kembali.”

“Pesan kami  kepada Mgr. Pid adalah agar ia tetap menjaga kondisi kesehatan, beristirahat cukup dan tertib menjaga makan. Akhirnya, kami sekeluarga besar memohon dukungan doa kepada umat Katolik di mana pun berada untuk bersama-sama mendoakan  Mgr. Pidyarto. Dukungan doa lebih penting daripada hal yang lainnya.”

Sr. Merry Teresa Sri Rejeki, H.Carm, dosen teologi spiritual di STFT Widya Sasana

“Mgr. Pidyarto adalah orang yang sederhana, pekerja keras, tegas, lugas, dan rendah hati. Selama 32 tahun, saya  mengenal beliau dari sejak saya masuk Kongregasi Saudari Perawan Maria dari Gunung Karmel (H. Carm); kemudian menjadi dosen dan pembimbing skripsi, lalu menjadi rekan kerja dan selama 4 tahun terakhir (2012-2016) mendampingi beliau sebagai PUKET II STFT Widya Sasana, Malang.”

“Sepanjang kurun waktu yang lama itu, saya banyak belajar dari beliau. Kekuatan beliau ada di dalam doa, terutama doa bersama di komunitas, juga dalam persaudaraan yang kuat dengan komunitas, selain tentu saja pelayanannya. Misalnya,  menjelang saat rekreasi bersama di komunitas, bilamana tidak ada keperluan  mendesak di kampus, maka beliau pasti segera akan pulang ke biara komunitas untuk menjaga kebersamaan dan menghibur para romo sepuh yang waktu itu tinggal serumah dengan beliau.”

“Beliau juga sangat peduli dengan  para karyawan, mengunjungi orang sakit, senang menyapa orang. Setiap berangkat dan pulang kerja selalu menyapa para karyawan. Beliau juga tidak malu untuk ikut bekerja kasar dan mengangkat barang-barang. Bahkan ketika ada petugas kebersihan yang baru, dia sangat terkesan karena ada seorang rektor yang mau menyapa seorang pegawai rendahan sepertinya terlebih dulu.”

Sr. Merry Teresa Sri Rejeki

“Mgr. Pidyarto juga senang bekerja dalam tim. Sebagai Ketua STFT Widya Sasana Malang, beliau selalu berbicara bersama dalam tim dan bersedia mendengarkan  anggota yang lain.  Betapa pun kecilnya suatu hal,  selalu ada komunikasi dan dialog. Maka ketika beliau terpilih sebagai Uskup Malang,  saya sangat bersukacita sekaligus sediha, karena kehilangan dosen dan rekan sekerja di STFT.”

“Selain itu, beliau juga  sangat peduli akan pembinaan para calon imam, biarawan biarawati dan umat awam.  Saya yakin,  Gereja di wilayah Keuskupan Malang akan berkembang dengan baik di bawah penggembalaan Mgr. Pidyarto.  Akhirnya, saya berharap beliau bisa menjalankan tugas dengan baik, sehat dan gembira.”

Rm. Ae Eko Aldianto O.Carm, Sekretaris Keuskupan Malang

“Beliau orang yang sangat rendah hati, tekun dan tertib. Saya mengenal beliau sejak masa studi di STFT Widya Sasana. Saya mengenal beliau  dengan lebih intensif, selepas masa studi pada tahun 1990-an dan kemudian malah pernah tinggal serumah di biara karmelit dengan beliau.”

“Pada waktu itu, setiap berjumpa dengan para frater atau siapa pun, beliau  selalu berinisiatif ingin menyapa terlebih dulu. Beliau memang rendah hati,  tetapi dalam hal prinsip ia sangat keras, terutama untuk ketertiban para frater, prinsip-prinsip dasar, soal studi, dan aturan-aturan sesuai konstitusi sangat ketat.”

“Beliau memberi contoh dan teladan, tidak hanya memberi perintah. Saya sangat berharap banyak bahwa Keuskupan Malang ini akan berkembang baik, terutama karena harus mengingat banyak imam di sini adalah mantan muridnya sehingga memudahkan relasi dengan beliau. Saya percaya bahwa dengan ketegasannya,  beliau akan memengaruhi hidup dan karya para imam, terlebih karena beliau juga sangat disegani oleh para imam.”

Rm. Ae Eko Aldianto O.Carm

“Beliau orangnya sederhana. Kesederhanaan itu juga tampak ketika mengetahui bahwa Mgr. Pandoyo sedang sakit.  Mgr. Pidyarto mengimbau beliau agar bersedia pindah ke rumah baru dengan pertimbangan supaya kami yang tinggal di Wisma Keuskupan bisa menjaganya. Memang Mgr. Pid telah menyarankan agar Bapak Uskup Emeritus tinggal di Bukit Dieng dengan pertimbangan di sana ada teman Karmelit yang juga sudah pensiu dan sepuh, serta  tersedia perawat khusus. Namun kalau beliau tidak berkenan, Mgr. Pidyarto akan memilih kamar yang menurut kami kurang layak bagi seorang uskup,   karena itu adalah kamar imam biasa di lantai dua. Selain itu, kantor sementara beliau hanya menggeser sedikit dari kantor Rama Vikjen.”

“Selain kesederhanaannya, Mgr. Pidyarto adalah orang yang mau belajar dan mendengarkan orang lain. Beliau mulai tinggal di Wisma Keuskupan,  sejak pekan lalu sebelum tahbisan episkopal. Usai ibadat sore dan hari  pengumuman rencana tahbisan uskup yang dirilis pada 28 Juni lalu,  beliau lalu menemui saya di dekat sekretariat.”

“Beliau mengatakan kuria belum akan diubah dan juga minta tolong agar kuria yang sudah tahu persoalan keuskupan bersedia membantu beliau.  Dalam rapat kuria yang pertama beliau juga menyampaikan bahwa karena sudah 30 tahun lebih tidak bekerja di paroki dan hanya di kampus, beliau minta kuria membantu dengan menceritakan perjalanan keuskupan. Beliau juga menyampaikan bahwa apa yang sudah biasa dilakukan Mgr. Pandoyo akan dilanjutkan dulu.”

“Sebagai sekretaris,  saya memiliki harapan sangat besar karena beliau sudah mulai meminta saya untuk menata agenda kerja beliau mulai 4 September 2016 agar bisa  menjalankan rencana yang sudah ada. Dengan demikian, saya juga bisa mengomunikasikan kepada para pastor kepala paroki sehingga Bapak Uskup bisa memberi pelayanan ke paroki secara maksimal. Saya juga mulai menyiapkan file-file yang perlu untuk dipelajari agar memudahkan beliau mewujudkan mimpi untuk membuat rencana strategis dan arah dasar Keuskupan Malang. Renstra dan Ardas sungguh penting supaya ada acuan yang jelas.”

“Melalui kedua hal itu, langkah dan gerak pastoral para imam juga akan semakin mengerucut walaupun harus dijalankan sesuai dengan kondisi tiap-tiap paroki dan lingkungan karya. Keterpilihan beliau sebagai uskup memberikan harapan bagi kami semua terlebih dengan semangat yang beliau torehkan dalam motto beliau: Mewartakan Injil Yesus Kristus dengan setia

Anastasia Novida, staf Sekretariat KeuskupanMalang

“Saya bekerja di Keuskupan Malang sudah selama tiga  tahun, tetapi baru mengenal Mgr. Pidyarto secara dekat lima hari ini. Kami sudah mendengar bahwa beliau orangnya baik dan terkenal disiplin. Selama ini,  beliau hanya berkunjung ke keuskupan kalau ada pertemuan-pertemuan. Misalnya waktu ada tahbisan atau rapat-rapat.“

“Dalam perkenalan pendek ini,  menurut saya,  Mgr. Pidyarto memiliki sifat kebapakan dan tidak mau merepotkan orang lain. Beberapa waktu yang baru lalu dan menjelang tahbisan ini,  kami melihat beliau membawa barang banyak, tetapi tidak mau dibantu. Tadi,  sebelum acara Salve, beliau juga membawa tas dan jubah sendiri.”

Anastasia Novida

“Beliau juga nJawani, sangat rendah hati. Selalu mengatakan ‘mohon maaf, terima kasih, maaf mengganggu’ bilamana membutuhkan bantuan dari para karyawan. Beliau selalu melihat-lihat dulu apakah kami sibuk atau tidak atau bertanya dulu ‘Apakah bisa ya?’. Barangkali beliau masih merasa sungkan pada kami, tetapi kami langsung tanggap untuk menanyakan apa yang bisa dibantu.  Dengan sikap beliau yang demikian itu kami merasa di-”uwongke” (dimanusiakan), dihargai sebagai karyawan. Apalagi, Mgr. Pidyarto juga selalu menyapa kami lebih dulu.”

“Saya berharap setelah beliau berkantor di keuskupan, kami para karyawan bisa memperoleh job description yang jelas. Selama ini kami hanya melaksanakan apa yang diminta oleh atasan. Siapa yang ada di kantor bisa melakukan apa yang diperintahkan. Kadang-kadang kami juga membutuhkan kejelasan batasan, baik dalam  hal inisiatif atau pekerjaan,  mana yang  boleh dan tidak boleh kami lakukan.”

“Kejelasan tugas ini sungguh kami perlukan supaya kami bisa lebih fokus pada tugas yang diberikan kepada kami sebagai tanggung jawab kami. Untungnya, saya pribadi bisa menikmati tugas-tugas yang banyak dan kurang suka hal monoton, hanya pada satu hal saja. Maka, saya enjoy saja mendapat tugas di berbagai bidang ini. Dengan begitu saya juga bisa berkembang.”

Romo Franciscus Gabriel

Selama menjadi dosen, Mgr. Pid adalah sosok pengajar yang sangat menguasai bahan ajar yang akan diberikan kepada kami para mahasiswanya. Penjelasan yang diberikan kepada kami sungguh gamblang. Beliau tidak termasuk dalam jajaran dosen yang memiliki predikat “galak'”. Namun, ketegasan, kedisiplinan dan keseriusan beliau mendampingi kami dalam setiap mata kuliah Kitab Suci sungguh kami rasakan.”

“Jadi untuk soal nilai mata kuliah yang diampu Mgr. .Pid, sungguh-sungguh mencerminkan sejauh mana penguasaan materi para mahasiswanya.  Dengan kata lain penilaian beliau sangat objektif. Rm Pid senang menjawab dan menjelaskan berbagai pertanyaan yang kami lontarkan berkaitan dengan Kitab Suci Perjanjian Baru. Pengajaran beliau sungguh berguna dan sangat runut sesuai dengan bahan ajar yang kami terima.”

Romo Franciscus Gabriel

“Kenangan tak terlupakan yang membekas dalam hidup saya adalah ketika beliau mendampingi saya dalam pembuatan skripsi. Saya membuat skripsi dengan tema Surat Paulus kepada jemaat di Filipi. Sebelum kami membahas isi skripsi yang akan saya kerjakan, beliau menegur saya secara halus. Itu terkait dengan “kekurangan” saya dalam menyusun kalimat dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

“Seluruh pekerjaan saya dicorat coret, bukan karena isinya, melainkan untuk menegaskan mana kata yang menjadi subyek, predikat, objek dan keterangan. Beliau menghendaki sebuah penulisan dengan kaidah bahasa yang benar. Jadi beberapa kali kesempatan bimbingan skripsi dengan beliau, saya harus bergulat dan belajar menyusun kalimat sederhana.”

“Sebagai seorang imam,  saya memiliki kesan Mgr. Pid sebagai sosok yang memiliki karakter pribadi yang tegas, lurus, tenang, sederhana dan bijaksana. Dalam setiap perjumpaan,  beliau selalu tersenyum dan menyapa dengan penuh santun kepada siapa pun. Beliau selalu hadir pada setiap kegiatan rekoleksi imam setiap bulan yang diadakan keuskupan.”

“Sebagai  pribadi beliau sangat terbuka dengan siapa pun, baik dengan yang lebih tua maupun dengan kami yang muda-muda. Di situ ada ketulusan dan kebijaksanaan yang sangat menonjol dalam tutur kata dan sikap beliau. Beliau termasuk sosok imam yang serius menghidupi dan membangun hidup imamatnya.”

“Secara pribadi, saya sungguh bersyukur bahwa Keuskupan Malang akhirnya memiliki putera terbaik dari Bumi AREMA. Dengan kata lain,  beliau tumbuh dan berkembang dengan atmosfer Keuskupan Malang yang sangat unik. Sebagai imam muda,  saya optimis beliau akan menggembalakan umat Keuskupan Malang dengan ‘gaya’ yang khas Keuskupan Malang.

“Beliau tahu betul medan pastoral yang  dihadapinya, karena dia berasal dari Keuskupan Malang. Jiwa, hati dan ikatan batin dengan keuskupan ini sungguh tidak bisa dipungkiri akan semakin kuat, terutama setelah terpilih menjadi gembala Keuskupan Malang.”

“Karakter pribadi, keahlian di bidangnya, dan visi ke depan: Setia mewartakan Injil akan memberi warna baru bagi Keuskupan Malang yang memiliki kekayaan dan keunikan di dalamnya: keanekaan budaya (Osing, Madura, Jawa, Tionghoa,  dan Tengger) dan nuansa lain yang sangat kental di Jawa timur bagian timur.

Keuskupan Malang sekilas

  • Jumlah umat:  86.921 (data tahun 2012)
  • Jumlah paroki: 31

Data jumlah imam di Keuskupan Malang

  • Diosesan (praja): 33
  • Tarekat religius CDD, CM, CP, O.Carm, SVD, SMM, OSM: 148
  • Tarekat laikal (bruder, frater) BM, BHK plus Bruder Tarekat klerikal CDD, O.Carm, SVD, CP, CMM, SVD, SMM, frater calon imam: 401
  • Suster laikal: AK, CIJ, CP, OSA, O.CARM, OSU, PIJ, PK, SPM, SSpS, Misc, H.CARM, P.KARM, HK, CP Rubiah, KFS, KYM: 480
  • Tarekat sekuler (Alma): 154

Sumber: Data Keuskupan Malang per 14 Maret 2015 untuk Dokpen KWI

Kredit foto: Harini B & Rm. Eko Aldi O.Carm

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version