Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Apakah Alat Ukur Cinta Kasih Allah?

Apakah Alat Ukur Cinta Kasih Allah?

0

DALAM injil hari ini (Matius 20:1-16), Yesus berbicara tentang perumpamaan lain. Dia menggambarkan Kerajaan Surga itu bagai relasi antara pemilik kebun anggur dan pekerja-pekerja di kebunnya. Relasi itu tampak terutama dalam upah yang disepakati dengan para pekerja itu.

Jumlah upah itu menjadi bahan perdebatan, karena sang tuan memberi upah yang sama kepada yang bekerja mulai pagi-pagi benar dengan yang baru masuk bekerja jam lima sore (Matius 20: 12). Walau semua sepakat menerima satu dinar sehari (Matius 20: 2), pengupahan itu terasa kurang adil. Tentu saja yang bekerja mulai pagi mempertanyakannya.

Sebagai manusia kita setuju dengan keberatannya, karena kita berpikir berdasarkan pertimbangan manusia.

Tetapi perumpamaan ini berbicara tentang sesuatu yang melampaui pemikiran demikian. Ini berbicara tentang kasih tak terukur dari Allah kepada manusia. Bagaimana kita dapat memahami perumpamaan ini?

Pertama, bukan para pekerja itu yang datang kepada pemilik kebun anggur, melainkan sang pemilik pergi keluar mendatangi para pekerja (Matius 20:1.3.5.6). Jadi, inisiatifnya berasal dari pemilik kebun anggur itu.

Kedua, pemilik kebun anggur memberi upah bukan berdasarkan jumlah jam kerja, melainkan atas dasar kemurahan hatinya (Matius 20:15). Kemurahan hati itu tergantung pada yang memberi bukan pada penerima.

Apa yang dapat kita renungkan dari perumpamaan ini?

Pertama, perumpamaan ini berbicara tentang kasih Allah kepada manusia. Sifat dari kasih ialah keluar dari dirinya sendiri dan menjangkau orang lain. Bukankah pemilik kebun anggur itu juga keluar mencari pekerja (Matius 20: 1.3.5.6)?

Kedua, kasih Allah itu tergantung pada-Nya bukan pada penerimanya. Tuhan Allahlah yang menentukan kepada siapa kasih itu akan diberikan-Nya. Dia pula yang menentukan ukurannya. Manusia yang menerima kasih itu tidak perlu mempertanyakan kebijakan-Nya. Dia bebas memberikan kasih itu kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya (Matius 20: 15).

Singkat kata, Allah itu adalah kasih. Dia tidak dapat tidak mesti mengasihi. Di samping itu, Tuhan mengasihi tanpa batas dan sesuai dengan kebutuhan si penerima. Entah yang mulai bekerja pagi-pagi benar entah yang tiba pada jam lima sore, masing-masing membutuhkan kasih Allah.

Rabu, 21 Agustus 2024
Peringatan Santo Pius X, Paus
HWDSF

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version