BERLIN, SESAWI.NET – Dalam buku latihan rohani yang ditulis Santo Ignatius Loyola disebutkan bahwa salah satu cara setan memperdaya manusia agar tetap berada di jalur sesatnya adalah dengan membujuk manusia untuk tidak terbuka atau tidak jujur dengan orang lain seperti seorang pacar yang menyembunyikan sesuatu dari pasangannya. Karena itu, jangan sampai kita mengikutinya. Lawan dengan kejujuran dan keterbukaan.
Rupanya Gereja Katolik Jerman menerapkan langkah seperti yang disarankan Ignatius Loyola. Mereka akan membuka arsip-arsip yang menyimpan luka lama akibat kasus kekerasan seksual yang dilakukan para romo/pastor dan menyerahkannya pada para peneliti independen untuk diselidiki lebih lanjut dari segala aspek.
“Kami ingin membuka kebenaran yang mungkin masih terlihat samar-samar dari arsip-arsip lama yang tersimpan selama puluhan tahun lalu,” ujar Romo Stephan Ackerman Uskup wilayah Trier dalam sebuah pernyataan, di Berlin, Rabu (13/7).
Proyek penelitian ini diharapkan bakal rampung hingga setahun ke depan. Ackerman yang ditunjuk oleh Konferensi Para Uskup Jerman untuk menggali lebih dalam skandal-skandal yang terjadi dalam tubuh suci gereja mengungkapkan bahwa gereja akan membuka semua arsip tanpa sedikit pun hendak ditutupi atau disembunyikan dari sejak akhir perang dunia II 1945 yang terjadi di sembilan keuskupan.
Mereka juga akan merilis dokumen-dokumen dari 18 keuskupan lain sejak tahun 2000 pada para peneliti. “Ini bukan sekadar data atas pertanyaan yang membantu para peneliti mengoleksi statistik dan angka, tetapi juga menguji kasus-kasus dengan bantuan para pakar sehingga diharapkan akan didapat pemahaman yang lebih baik tentang kasus kekerasan seksual yang dilakukan para imam dan para karyawan gereja,” jelas Ackermann.
“Kami akan mencari tahu lebih dalam agar bisa mencegahnya,” Ackerman menambahkan.
Sejak awal tahun 2010 kasus kekerasan fisik dan seksual pada anak di Jerman meningkat begitu tajam, parahnya lagi kasus-kasus tersebut terjadi dan dilakukan oleh oknum kalangan gereja Katolik Jerman.
Skandal-skandal yang terulang di beberapa negara bagian yang berbeda ini tentu saja membuat jemaat katolik menghentikan aktivitas gerejawi mereka.
Gereja bahkan mesti memberikan uang 5.000 euro (sekitar 7.040 dollar Amerika atau 70 juta rupiah) sebagai biaya ganti rugi atas kekerasan yang dialami kanak-kanak ini.
Keuskupan-keuskupan dan ordo-ordo religius mesti mengeluarkan biaya besar untuk terapi bagi para korban. Setidaknya 500.000 euro mesti disiapkan untuk program pencegahan.
Gereja Katolik Jerman menyadari betul bahwa di masa lalu mereka telah gagal melakukan penyelidikan yang memadai atas klaim kasus-kasus yang terjadi. Mereka juga mengakui bahwa dalam beberapa kasus, para imam pedofil ini tidak akan cukup jera hanya diganjar dengan mutasi atau dilaporkan ke polisi.
Sampai-sampai Paus Benediktus XVI mesti datang sendiri ke tanah asalnya ini pada 22 hingga 25 September lalu dalam kunjungan perdananya sejak terpilih sebagai Paus. Sudah 60 tahun lamanya dia tinggalkan tanah kebanggaannya ini sejak dia ditahbiskan sebagai imam.
Source: AFP