DI seluruh dunia, pandemi COVID-19 menyebabkan kematian yang signifikan, mengganggu mata pencaharian, melemahkan ekonomi, mengancam kemajuan pembangunan bidang kesehatan, dan kemajuan menuju tujuan pembangunan global. Hal itu terlihat pada ‘World Health Statistics’ yang terbit Rabu, 13 Mei 2020.
Apa yang mencemaskan?
“Sebagian besar orang di seluruh dunia telah hidup lebih lama dan lebih sehat (living longer and healthier). Namun demikian, laju kemajuannya terlalu lambat untuk mencapai (too slow to meet) Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, bahkan terancam oleh ganasnya COVID-19,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030.
Pandemi menunjukkan adanya kebutuhan mendesak bagi semua negara, untuk berinvestasi dalam membentuk sistem kesehatan dan layanan kesehatan primer yang kuat, sebagai pertahanan terbaik terhadap wabah seperti pandemi COVID-19. Selain itu, juga akan mampu mengahadapi banyak ancaman kesehatan lain di seluruh dunia setiap hari.
Statistik Kesehatan Dunia 2020 yang memuat laporan kemajuan terhadap serangkaian indikator kesehatan dan layanan kesehatan utama, mengungkapkan beberapa pelajaran penting dalam hal kemajuan yang dibuat menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Selain itu, juga kesenjangan yang masih harus ditutup. Harapan hidup dan harapan sehat warga telah meningkat, tetapi tidak merata. Perbaikan terbesar dilaporkan di negara berpenghasilan rendah, yaitu umur harapan hidup naik 21% atau 11 tahun antara tahun 2000 dan 2016, dibandingkan dengan peningkatan 4% atau 3 tahun di negara berpenghasilan tinggi.
Salah satu pendorong kemajuan derajad kjesehatan di negara berpenghasilan rendah adalah peningkatan akses ke layanan untuk mencegah dan mengobati penyakit menular utama, yaitu HIV, malaria dan TBC, serta sejumlah penyakit tropis terabaikan seperti kecacingan.
Faktor lainnya adalah perbaikan dalam layanan kesehatan ibu dan anak yang lebih baik, yang menyebabkan penurunan setengah kematian anak antara tahun 2000 dan 2018.
Namun demikian, di sejumlah daerah dan negara kemajuan telah terhenti. Cakupan imunisasi hampir tidak meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dan ada kekhawatiran bahwa keberhasilan pemberantasan malaria juga dapat hilang. Selain itu, akan ada kekurangan dalam keseluruhan layanan kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah dan mengobati Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti kanker, diabetes, penyakit jantung, paru-paru, dan stroke.
Pada tahun 2016, sekitar 71 persen dari semua kematian di seluruh dunia disebabkan oleh PTM, dengan mayoritas dari 15 juta kematian dini (85%) terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Kemajuan yang tidak merata ini secara luas mencerminkan ketidaksetaraan warga masyarakat, dalam akses ke layanan kesehatan yang berkualitas. Hanya antara sepertiga dan setengah populasi dunia yang dapat memperoleh layanan kesehatan esensial pada 2017.
Cakupan layanan di negara berpenghasilan rendah dan menengah masih jauh di bawah cakupan di negara kaya, seperti halnya pemenuhan jumlah dokter dan tenaga kesehatan profesional lainnya. Di lebih dari 40% negara, ada kurang dari 10 dokter per 10.000 orang penduduk.
Lebih dari 55% negara memiliki kurang dari 40 tenaga keperawatan dan kebidanan per 10.000 orang.
Ketidakmampuan untuk membayar biaya layanan kesehatan merupakan tantangan besar bagi banyak orang. Pada tahun 2020, sekitar 1 miliar orang (hampir 13 persen dari populasi global) akan membelanjakan setidaknya 10% dari anggaran rumah tangga mereka untuk perawatan kesehatan. Mayoritas orang ini tinggal di negara berpenghasilan menengah ke bawah.
“Pandemi COVID-19 mengajarkan kita akan adanya kebutuhan untuk melindungi orang dari keadaan darurat kesehatan. Selain itu, juga pentingnya mempromosikan cakupan kesehatan semesta atau Universal Helath Couverage (UHC) dan menciptakan populasi yang lebih sehat agar orang tidak terlalu membutuhkan layanan kesehatan, melalui intervensi multisekotral seperti meningkatkan kebersihan dasar dan sanitasi.
Pada 2017 lebih dari setengah (55%) populasi global diperkirakan tidak memiliki akses ke layanan sanitasi kesehatan dan lebih dari seperempat (29%) tidak memiliki akses ke air minum bersih.
Pada tahun yang sama, dua dari lima rumah tangga secara global (40%) tidak memiliki fasilitas cuci tangan dasar dengan sabun dan air di rumah mereka. Itulah tantangan utama menciptakan populasi yang lebih sehat.
Laporan ‘World Health Statistics’ yang terbit Rabu, 13 Mei 2020, mengingatkan tentang hebatnya ancaman pandemi COVID-19. Pada saat dunia memerangi pandemi yang paling serius dalam 100 tahun terakhir, kita hanya tinggal memiliki satu dekade dari tenggat waktu SDG.
Untuk itu, kita harus bertindak bersama dalam memperkuat layanan kesehatan primer, layanan medis non COVID-19, dan fokus pada populasi yang paling rentan di antara kita.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan ketidaksetaraan akses layanan kesehatan, yang dapat menentukan siapa yang akan hidup lebih lama dan lebih sehat, dengan siapa yang tidak.
Sudahkah kita bijaksana?