SECARA nasional, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia tahun 2019 semakin bertambah.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus DBD sampai Selasa, 29 Januari 2019 mencapai 13.683 orang dengan jumlah korban meninggal dunia 133 jiwa.
Apa yang harus dilakukan?
Demam Berdarah Dengue (Dengue) adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue, sebuah flavivirus yang ditularkan oleh nyamuk, yang telah menyebar ke sebagian besar wilayah subtropis dan tropis. Tidak ada terapi pada Dengue yang spesifik dan tindakan pencegahan saat ini masih terbatas pada pengendalian vektor nyamuk.
Vaksin Dengue diharapkan berperan besar dalam pengendalian penyakit ini, karena epidemi global Dengue meningkatkan kekhawatiran semua pihak. WHO menargetkan vaksin menjadi bagian yang terintegrasi pada strategi pencegahan dan kontrol Dengue (2012-2020).
WHO Strategis Advisory Group of Experts (SAGE) tentang Imunisasi telah memberikan ulasan tentang vaksin Dengue pada bulan April 2016, dan banyak negara dianjurkan mempertimbangkan penggunaan vaksin Dengue di areal geografis (nasional atau regional), dengan endemisitas tinggi.
Data epidemiologi infeksi dengue di Indonesia menunjukkan bahwa angka kematian telah dapat diturunkan dari 46% pada tahun 1965, menjadi tinggal 0,85% pada tahun 2015. Namun demikian, kejadian infeksi dengue semakin meningkat setiap tahun.
Data ini mendukung untuk pemberian vaksin dengue sebagai tambahan intervensi dalam strategi penanggulangn infeksi dengue. Vaksin dengue pertama, Dengvaxia® (CYD-TDV) yang diproduksi oleh industri farmasi Sanofi Pasteur, pertama kali terdaftar di Meksiko pada bulan Desember 2015.
Penelitian efikasi atau keampuhan vaksin dengue telah dilakukan di lima negara Asia (Vietnam, Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia) dengan lima negara Amerika Latin (Brazil. Colombia, Honduras, Meksiko dan Puerto Rico).
Hasilnya menunjukkan bahwa Dengvaxia® mempunyai keamanan dan efikasi yang baik pada daerah endemis dengue, dengan tingkat kejadian infeksi dengue yang terbukti dalam serum atau seroprevalens mencapai lebih dari 70%, pada anak yang berusia lebih dari 9 tahun.
Data ini telah dibuktikan dengan uji klinis fase 3 yang dapat dipercaya, yaitu valid dan reliabel. Vaksin Dengvaxia® terbukti dapat mengurangi kejadian dengue ringan atau simptomatik sampai sebanyak 65,5%, mengurangi perawatan di RS sebesar 80,8%, dan mengurangi dengue berat mencapai 92,9%.
Keampuhan atau efikasi vaksin pada keempat jenis serotipe virus dengue bervariasi, yaitu untuk DENV-1 : 58,4% (95%CI: 47,7-66,9), DENV-2 : 47,1% (95%CI: 31,3-59,2), DENV-3 : 73,6% (95%CI: 64,4-80,4) dan DENV-4 83,2 (95%CI: 5,9-76,1)
Penelitian tentang kejadian infeksi dengue yang dibuktikan dengan pemeriksaan antibodi anti dengue pada serum darah atau studi seroprevalens di Indonesia, telah dilakukan di 30 kabupaten pada 3.198 anak usia 1-18 tahun.
Hasilnya menunjukkan bahwa 81% anak pada umur 9 tahun dan 95% remaja pada umur 18 tahun pernah mengalami infeksi dengue, yang disebut seropositif dengue, setidaknya satu kali.
Temuan ini menjadi dasar BPOM Indonesia menerima vaksin dengue Dengvaxia® sesuai rekomendasi WHO (2016), bahwa vaksin dengue hanya dianjurkan untuk diberikan pada daerah endemis dengan seroprevalens 70% atau lebih.
Vaksin ini memiliki hasil efikasi terbaik pada anak usia 9-16 tahun, sedangkan apabila diberikan di bawah usia 9 tahun, justru akan meningkatkan resiko untuk mengalami dengue yang berat, khususnya pada anak dengan kelompok usia 2-5 tahun.
Jadi vaksin Dengue dapat diberikan pada anak usia 9-16 tahun sebanyak 3 dosis, dengan jadwal 0, 1 dan 6 bulan. Pemberian vaksin juga dapat dimulai kapan saja sejak anak berusia 9 hingga 16 tahun.
Vaksin Dengue tetap dapat diberikan walaupun anak sudah pernah mengalami infeksi Dengue. Hal ini dikarenakan pada saat anak terinfeksi Dengue, hampir tidak mungkin anak tersebut terinfeksi 4 serotipe virus sekaligus. Biasanya anak hanya terkena satu serotipe virus saja pada satu kali infeksi.
Dengan pemberian vaksin Dengue yang mengandung empat serotipe, anak yang sudah terinfeksi akan tetap membentuk kekebalan terhadap serotipe lain yang belum menginfeksi anak tersebut. Karena vaksin Dengue belum masuk ke dalam program imunisasi nasional maka saat ini vaksin tersebut belum terdapat di Puskesmas.
Saat ini, vaksin hanya terdapat pada klinik atau rumah sakit terdekat atau pada praktek dokter spesialis anak swasta. Harga vaksin masih cukup mahal yaitu sekitar Rp. 1 juta per 1 kali pemberian vaksin. Namun, harga tersebut relatif lebih murah bila dibanding dengan biaya perawatan anak di RS, jika terkena demam berdarah dengue, apalagi jika harus dirawat intensif di ICU.
Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, MSc, PhD, SpA(K) pada Jumat, 8 Desember 2017 telah memberikan rekomendasi untuk segenap dokter spesialis anak anggota IDAI untuk menganjurkan pemberian vaksin dengue.
Vaksin Dengue yang beredar saat ini adalah vaksin buatan Sanofi Pasteur yang telah menyelesaikan penelitian uji klinis fase III, sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Ari Prayitno, SpA(K) selaku tim anggota uji klinis vaksin Dengue di Indonesia. Pemberian vaksin Dengue Dengvaxia® dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu secara individual dan massal.
Vaksinasi Dengvaxia® individual dilakukan jika anak telah diketahui pernah terinfeksi dengue (seroprositif). Namun demikian, jika status infeksi anak tidak diketahui, maka pada anak dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan serologi IgG anti dengue terlebh dahulu, dan vaksinasi hanya diberikan jika anak mempunyai IgG anti dengue positif atau pernah terinfeksi dengue.
Vaksinasi dengue Dengvaxia® secara massal, misalnya melalui program BIAS di sekolah, sementara ini tidak dianjurkan. Hal ini karena pemeriksaan skrining antibodi anti dengue (IgG anti dengue) tidak mungkin dilakukan secara massal, terkait biayanya yang tidak murah.
Sudahkah kita bijak?