Menyapa ribuan orang dengan refleksi pribadi, Paus mengatakan bahwa sepanjang 8 tahun menjadi Paus, hari-hari panjang pelayanannya banyak dipenuhi dengan masa-masa menyenangkan sekaligus memprihatinkan. “Seperti saat ketika Yesus tengah hanyut dalam tidur yang pulas,” kata Paus.
Banyak diselingi dengan tepuk tangan meriah, pidato Paus yang menyentuh hati ini diucapkan dengan nada tenang. Menurut Paus Benedictus XVI, dirinya sadar sepenuhnya akan keputusannya mundur yang dia lakukan dengan sepenuh hati, penuh risiko, namun semuanya itu dia lalukan karena “tingginya semangat doa” yang dia jalani.
“Mencintai Gereja berarti pula kesediaan hati untuk menanggung semua beban dan menjalankan semua pilihan sulit dan itu semua kita pilih bukan untuk kepentingan diri melainkan untuk kebaikan Gereja,” kata Paus.
Paus mengakui di depan public, kini fisiknya semakin lemah dan terlalu lemah untuk memimpin Gereja yang kini dilanda ‘prahara’ berbagai kasus pedofilia, termasuk di antaranya Skandal Vatileaks yang membocorkan praktik korupsi dan persaingan internal antara para kardinal di Curia Romana.
Begitu lengser, Paus akan segera bertolak menuju Castel Gandolfo dengan helicopter di selatan Roma.
April mendatang, Benedictus XVI akan kembali ke Vatikan untuk seterusnya tinggal diam di sebuah biara di dalam kompleks Vatikan yang kini tengah direnovasi.
Ribuan polisi dan aparat keamanan pun siaga di sekeliling Vatikan.
Para peziarah berjuang masuk ke Lapangan Santo Petrus dan mengambil tempat paling depan supaya bisa melihat Sri Paus dari dekat dan mengucapkan kata-kata pisah yang bisa didengar oleh Bapa Suci sendiri.
Dari saat ke saat Lapangan Santo Petrus seperti digenangi lautan manusia. Mereka melambai-lambaikan berbagai bentuk dan ragam spanduk dengan tulisan bermacam-macam, seperti “Grazie Santo Padre” (Terima kasih Bapa Suci), atau “Arrivederci” (Sampai jumpa lagi), atau “Perga per noi” (doakan kami), dan berbagai tulisan dalam berbagai bahasa.
Mereka pula tidak henti-hentinya meneriakkan yel-yel “Benedetto”, nama Sri Paus dalam bahasa Italia. Kadang pula terdengar teriakan “Viva il Papa” dan diikuti oleh paduan suara yang menggetarkan suasana pagi ini.
Tepat pkl. 10.35 pagi waktu Roma, Papa Mobil meluncur pelan, masuk ke Lapangan Santo Petrus dari samping kanan Basilika. Di belakangnya duduk Sekretaris pribadi, Mons. Georg Gaenswein, yang sudah ditahbiskan Paus menjadi Uskup Agung pada 6 Januari lalu dan merangkap Kepala Rumah Tangga (Prefettura) Sri Paus.
Ketika melihat Papa Mobil, massa semakin kuat dan ramai meneriakkan yel-yel seraya bertepuk tangan meriah. Setelah melewati beberapa blok untuk menyalami massa dan disaluti oleh Musik Militer dari wilayah kelahirannya, Bavaria, Jerman, beliau naik ke Singgasana, sebuah Kursi putih yang sudah akrab dengannya sejak 8 tahun ini. Seperti biasa, sebelum duduk, beliau merentangkan kedua tangan ke arah para hadirin, seolah-olah ingin merangkul umat yang hadir satu persatu. Saat-saat itu keharuan mulai terasa.
Tautan: Majalah Hidup