Home BERITA Badut di Persimpangan Jalan

Badut di Persimpangan Jalan

0
Ilustrasi: Tarian khas Papua di atas panggung seni SEKAMI di Pontianak. (Mathias Hariyadi)

Puncta 12.01.23
Kamis Biasa I
Markus 1: 40-45

SEORANG badut menutupi dirinya dengan pakaian Teletubis sambil menari berputar-putar meminta kepada para sopir di mobil dan pengendara motor yang berhenti di perempatan traffic light. Kadang ada yang memberi recehan tetapi lebih sering orang-orang tak menghiraukannya.

Ia tetap menampakkan wajahnya yang tersenyum walau banyak orang menggelengkan kepala atau melambaikan tangan tanda tidak mau memberi. Ia tidak memaksa. Ia terus menari dan menari. Ia hanya mengandalkan belaskasih orang. Ia menunggu untuk diberi.

Hari panas dan terik sang badut itu berjemur matahari. Panasnya aspal di kaki tak menyurutkan harapannya untuk mendapat belaskasih dan uluran tangan orang yang lewat. Mereka adalah orang-orang yang “nrima ing pandum.” Mau menerima tanpa memaksa orang lain harus memberi.

Dalam Injil hari ini, menggambarkan bagaimana seorang kusta sambil berlutut memohon bantuan kepada Yesus, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan Aku.”

Orang ini menyadari siapa dirinya. Ia tidak memaksa dan hanya mengharapkan belaskasih Yesus.

Sebagai orang kusta, ia adalah orang yang disingkirkan masyarakat. Ia tidak punya wewenang menuntut apapun. Makanya ia hanya bisa berkata, “Kalau Engkau mau..”

Kepasrahan dan penyerahan yang hanya bisa mengandalkan kebaikan orang lain ini ditanggapi dengan senang hati oleh Yesus.

Ia berkata karena tergerak hati oleh belas kasihan. “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Saat itu juga orang kusta itu menjadi sembuh. Yesus minta dengan keras agar orang itu tidak memberitahukan kepada siapapun.

Tetapi orang itu tidak kuasa menahan syukur dan sukacitanya. Walau sudah dilarang, ia justru mengabarkannya kepada banyak orang, sehingga nama-Nya makin dikenal banyak orang.

Kegembiraan yang meluap-luap kadang tidak terkontrol. Larangan apapun mudah sekali dilanggar. Orang itu tidak mematuhi perintah Yesus karena saking gembiranya yang luar biasa.

Mari kita mohon kepada Tuhan, agar kita diberi hati yang siap sedia untuk membantu sesama. Kata-kata Yesus, “Aku mau….” bisa kita tanamkan juga dalam diri kita untuk selalu siap menolong dan melayani siapapun yang membutuhkan.

Yesus selalu siap melayani karena Dia datang bukan untuk dilayani tetapi mau melayani setiap orang yang datang kepada-Nya. Siapkah kita untuk membantu jika ada orang yang datang butuh uluran tangan kita?

Matahari muncul di pagi-pagi hari
Berjemur hangat di pinggir sawah
Jadilah orang yang memberi solusi,
Bukan malah memperumit masalah.

Cawas, siap melayani…

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version