Home BERITA Bahan-bahan Retret Ekologi di Tana Toraja (9)

Bahan-bahan Retret Ekologi di Tana Toraja (9)

0
Para peserta Retret Ekologi di Tana Toraja memperlihatkan hasil diskusi mereka tentang pola hidup tak sehat, kondisi alam semesta yang semakin memprihatin. Refleksi ini memotivasi mereka untuk memulai pola hidup sehat, cinta dan merawat alam semesta. (Romo Ferry SW)

BERIKUT ini pokok-pokok renungan dengan memanfaatkan perkara-perkara keseharian hidup kita. Terutama berkaitan dengan keinginan untuk mulai hidup sehat, melestarikan lingkungan, ,merawat dan mencintai alam semesta, dan tinggalkan pola hidup tidak sehat dan tidak ekonomis.

Rokok

Kondisi saat ini:

  • Kondisi merokok saat ini sangat meningkat, karena pengguna rokok tidak mengenal batas umur, mulai dari anak-anak sampai orangtua.
  • Perokok sangat sulit berhenti dari kebiasaannya. Hanya ada satu dua orang yang sadar sendiri.
Ilustrasi: Merokok. (Romo Suhud SX)

Penyebab:

  • Semua acara adat lokal dirasakan tidak sempurna, bila tidak ada rokok. Masyarakat kurang memahami bahwa merokok itu sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat mengakibatkan segala macam penyakit yang merusak kehidupan.
  • Sebagian pendapatan rumahtangga habis digunakan untuk belanja rokok.

Solusi

  • Memberi pemahaman bagi keluarga tentang dampak negatif merokok.
  • Memberi penyuluhan bagi masyarakat tentang bahaya dari merokok.
Ilustrasi: Pelatihan membuat ecobrick sebagai salah satu konsep mengolah sampah bersama kelompok lintas agama. (Sr. Theresina CB)

Sampah

Kondisi

Saat ini, sampah sangat memprihatinkan karena di mana-mana, sampah berserakan; khususnya sampah plastik. Akhirnya timbul pencemaran lingkungan yang merusak lingkungan, dibmana berpengaruh pada kesehatan manusia, dan menyebabkan musibah (banjir).

Penyebab

Kurangnya kesadaran kita akan pengunaan bahan ramah lingkungan. Kita lebih suka  memilih memakai bahan yang lebih mudah didapatkan dan dijangkau. Kita sering kali malas pengunaan/memanfaatkan bahan yang ada contoh kongkrit: pada saat ada kegiatan lebih memilih menggunakan bahan plastik (kertas makan, gelas-gelas minuman air mineral, makanan yang menimbulkan sampah). Lebih memilih instan.

Solusi

Untuk mengurangi sampahdi lingkungan maka, kita perlu memanfaatkan bahan-bahan yang ramah lingkungan. Kurangi pengunaan bahan-bahan yang yang menimbulkan sampah, kita perlu kreatif memisahkan sampah organik kita dapat olah menjadi pupuk. Sedangkan sampah non-organik dapat kita daur ulang, agar dapat bermanfaat kembali, menjadi sesuatu yang baru.

Makin hilangnya dan berkurangnya aneka keragaman hayati

Kondisi saat ini di Tana Toraja: aneka hayati semakinn berkurang:

  • Burung bangau.
  • Elang.
  • Burung hantu.
  • Burung gagak.
  • Ikan di sawah dan di sungai.
  • Ubi kayu.
  • Ubi jalar.
  • Talas

Penyebabnya:

  • Perburuan.
  • Pemanfaatan pestisida secara berlebihan.
  • Perusakan habitat.
  • Pencemaran air dan udara (polusi).
  • Manusia malas.
  • Tidak ada kesadaran.
Ilustrasi: Anak-anak terkena imbas dampak kebakaran lahan hutan dan perkebunan sehingga terkena penyakit ispa. (Greenpeace Indonesia)

Solusi

  • Dibuatkan aturan dan sanksi perburuan liar (kesadaran dan sosialisasi aturan).
  • Pemanfaatan bahan-bahan organik bahan local (pupuk lokal).
  • Menjaga dan melindungi habitat, ekosistim.
  • Tidak membuang sampah ke sungai (sembarangan); mengupayakan ada tempat pembungan sampah.
  • Menghindari pembakaran sampah plastik dan jasat-jasat tumbuhan.
  • Diupayakan ada badan yang menangani daur ulang.

Udara

Kondisi saat ini

Di kota/jalan raya

  • Tercemar asap kendaraan bermotor dan asap rokok.
  • Tercemar dengan sampah (bau busuk).
  • Terasa panas di siang hari.

Di pedesaan.

  • Hawanya sejuk/dingin.
  • Udara dilahan pertaninan (sawah) tercemar pestisida kimia.

Penyebab

Di kota

  • Meningkatnya jumlah kendaraan.
  • Membuang sampah tidak pada tempatnya.
  • Pemanasan global (lahan hutan semakin berkurang).

Di pedesaan

  • Di desa masih banyak tumbuhan pohon.
  • Pada umumnya petani mengunakan pestisida.

Solusi

  • Sosilisasi pengunaan BBM yang efisien dan ramah lingkungan.
  • Sosilisasi penggunaan petsisida nabati.
  • Mengelolah/memisahkan sampah basah dan kering.
  • Menanam pohon di lahan yang pohonnya sudah ditebang (menghijaukan kembali).
  • Sosialisasi penggunaan pupuk organik.
Ilustrasi: Rumah Pelangi di Ambawang Kabupaten Kubu Raya — Hutan Lindung di Kalbar

Hutan

Kondisi

  • Hutan masih bagus.
  • Tanaman bervariasi.
  • Udara masih sejuk.

Penyebab

  • Bangunan belum padat.
  • Geografis berbukit-bukit.
  • Hutan terjaga

Solusi

  • Mempertahankan kondisi sekarang.
  • Reboisasi dan menanam pohon.
  • Tidak menebang pohon

Air

Air sungai

Kondisi saat ini sudah tercemar dengan berbagai bahan kimia; meliputi penggunaan pupuk kimia pada tanaman, penyemprotan hama dan gulma serta limbah rumahtangga dan limbah industri.

  • Penyebabnya: pengunaan pupuk kimia dan petisida, pembuangan limbah rumah tangga dan limbah industri yang langsung ke sungai.
  • Solusi: mengurangi penggunaan bahan/zat kimia dalam usaha pertaninan tidak membuang sampah dan limbah rumah tangga yang langsung ke sungai.

Kondisi air untuk pertaninan: Sudah mulai berkurang dan tidak mencukupi (cepat kering).

  • Penyebab: Pengunaan pupuk kimia yang merusak struktur tanah sehingga tidak mampu menyimpan air.
  • Solusi: memperbaiki kondisi/ struktur tanah degan mengunakan pupuk organik dan kompos.
Ilustrasi: Sumur di sebuah lokasi di Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jabar. (Mathias Hariyadi)

Kondisi air untuk kebutuhan rumahtangga: Relatif cukup pada musim hujan.

  • Penyebab: adanya penebangan pohon tidak bertanggungjawab.
  • Solusi: mengurangi penebangan dan kalau sudah melakukan penebangan usahkan menanam lebih dari yang ditebang.

Tanah

Tanah adalah kulit bumi tempat tumbuhan hidup untuk mendukung kehidupan manusia.

Kondisi tanah di Toraja saat ini sangat memperhatinkan karena:

  • Mulai kering, keras tidak menyerap air, kurang subur, berpasir banyak mahkluk hidup yang mati, sehinggah meyebabkan tanaman susah tumbuh dan berkembang.
  • Fungsi lahan berubah; sawah jadi perumahan juga perkuburan.
  • Tanah saat ini merintis kesakitan.

Penyebab

  • Penggunaan pupuk, pestisida, herbisida secara berlebihan atau terus-menerus.
  • Membuang sampah plastik sembarangan.
  • Membuang limbah industri sembarangan.
  • Pembakaran rumput/jerami tidak terkendali.
Ilustrasi: Kompleks makam. (Romo Nico Setiawan OMI)

Solusi

  • Mengurangi penggunaan bahan kimia (pupuk, pestisida, herbisida).
  • Mengurangi penggunaan media plastic (kemasan).
  • Membuat pupuk kompos /pupuk kandang.
  • Pembuatan biopori.
  • Tidak menjual lahan.
  • Penggunaan tanah sebagaimana mestinya.
  • Penataan patane (perkuburan).
  • Jangan membakar jerami, tetapi dijadikan bahan kompos.
  • Reboisasi lahan.

Baca juga: Pengaruh Besar Retret Ekologis di Pusat Ziarah Tana Toraja (8)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version