Home LUMBUNG GAGASAN Bahaya Keterpecahan

Bahaya Keterpecahan

0

“Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan.” (Mrk 3, 24-25)

BEBERAPA waktu lalu saya hadir dalam pelantikan Pengurus Dewan Pastoral Paroki di Paroki Limpung dan Pekalongan. Dalam kepengurusan inti terdapat lima (5) Ketua Bidang, selain Ketua Umum dan wakilnya.

Adalah wajar bahwa dalam sebuah organisasi, entah organisasi gerejani dan non gerejani atau organisasi profit dan non profit, pimpinan puncak dipegang oleh beberapa orang dengan nama ketua, komisaris atau presidium. Mereka mempunyai kedududukan yang sama, sekalipun tugas dan tanggung jawabnya berbeda. Semua bekerja untuk kepentingan organisasi atau lembaga yang diikutinya; mereka melakukan tugas, kegiatan dan pelayanan untuk mewujudkan visi dan misi organisasi atau lembaga; mereka tampil dan hadir dalam banyak kesempatan atau peristiwa sebagai wakil atau representasi dari organisasi atau lembaga.

Maka semangat yang harus dibangun oleh para ketua, komisaris atau presidium adalah kesediaan untuk bekerjasama, saling membantu, saling melengkapi dan menyempurnakan satu dengan yang lain agar organisasi atau lembaganya semakin kuat dan mapan. Hal ini membutuhkan adanya keterbukaan hati untuk saling menerima dan bekerjasama; dibutuhkan adanya kerendahan hati untuk mendapatkan bantuan, masukan atau dukungan.

Tanpa adanya keterbukaan dan kerendahan hati, kepengurusan seperti itu akan mudah jatuh pada perpecahan, persaingan atau permusuhan; ketua satu bisa menjelekkan ketua dua, komisaris satu memusuhi komisaris lain, presidium yang satu melihat presidium lain sebagai rival atau saingan. Mereka saling mengkritik dan menjatuhkan; masing-masing mau tampil dan menonjol, ingin berkuasa dan berpengaruh. Situasi seperti ini tidak akan memperkokoh dan memperkuat organisasi atau lembaga, tetapi malah akan menghancurkannya.

Kerajaan akan hancur dan keluarga akan terpecah-pecah, kalau orang-orang yang didalam saling bersaing dan bermusuhan satu dengan yang lain; bahkan seperti diumpamakan oleh Yesus dengan istilah “iblis mengusir iblis.” Kerajaan, keluarga, organisasi, lembaga akan sampai pada kesudahannya, kalau orang melihat anggota lain atau rekan kerjanya sebagai saingan, musuh atau rival.

Sejauh mana gejala seperti ini aku alami dalam kelompok, organisasi, lembaga, komunitas atau keluarga yang aku ikuti?

Teman-teman selamat pagi dan selamat berhari Minggu. Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version