Home BERITA Baik Kaya Maupun Miskin Kita Dicintai Tuhan

Baik Kaya Maupun Miskin Kita Dicintai Tuhan

0
Ilustrasi - Orang kaya dengan banyak uang. (Ist)

Minggu, 13 Februari 2022

  • Yer. 17:5-8.
  • Mzm: 1:1-2.3.4.6.
  • 1Kor. 15:12.16-20.
  • Luk. 6:17.20-26

MASALAH kaya dan miskin sampai detik ini masih menjadi permasalahan yang pelik.

Tidak jarang ada orang yang beranggapan bahwa hidup berkelimpahan harta kekayaan dan hidup miskin itu menjadi legitimasi akan kebaikan dan kemalangan, keberpihakan Allah terhadap mereka.

Tidak sedikit orang yang hidup bergelimang harta benda dipandang sebagai pribadi yang terahmati oleh Tuhan.

Sedangkan orang yang hidup susah, meskin dan serba kekurangan dianggap sedang menjalani hukuman atau kutukan, jauh dari rahmat Tuhan.

“Jika mengingat masa lalu betapa orang tuaku merupakan orang berada, dengan kekayaan yang cukup banyak hingga kami hidup lebih daripada cukup. Kenyataan itu membuat kami bisa bersikap wajar dan tidak cepat silau dengan kekayaan, dan penampilan wah seseorang,” kata seorang ibu.

“Apa yang telah dilakukan orang tua kami dampaknya masih terasa sampai saat ini. Banyak orang yang hidupnya mapan sekarang karena dukungan dan bantuan orang tua kami,” katanya lagi.

“0rang tua kami selalu menunjukkan kepada kami bahwa semua yang kami miliki adalah murni anugerah Tuhan, maka jangan pelit, jangan sombong, jangan hanya mikir kebutuhan sendiri,” lanjut ibu itu.

“Saya kira ini warisan yang sangat berharga dan tidak akan pernah habis. Orangtua kami mewariskan karakter dan kerja kerasnya kepada kami anak-anaknya,” lanjutnya.

“Kami senang bahwa orang-orang yang bekerja dengan orang tuaku, anak-anaknya berhasil dalam studi dan hidup mereka,” ujarnya

“Kami memang belum bisa mewarisi keberuntungan dan rezeki yang melimpah seperti yang dialami orang tua kami, karena soal keberuntungan dan rezeki sungguh murni kemurahan Tuhan. Namun kami bisa meneruskan sikap dan kemurahan hati orang tua kami,” katanya

“Kami bersyukur karena kami bisa bertumbuh dengan cara yang baru, kami melanjutkan kebaikan dan perjuangan orang tua kami dengan jalan dan panggilan kami masing-masing,” lanjutnya lagi.

“Seperti dulu orang tua kami selalu memberikan kasih dan perhatian kepada para karyawan dan masyarakat sekitar, kini kamipun sedapat mungkin melakukannya,” ujarmya lagi.

“Nilai luhur dan kemurahan hati inilah yang membuat kami, tidak silau dengan harta benda serta kekayaan,” lanjutnya.

“Bagi orang tua kami, semua orang itu punya kedudukan yang sama di mata Tuhan. Maka kami selalu diminta berusaha menghargai orang lain, dan berbagi dengan orang yang kurang mampu,” lanjutnya lagi.

“Kita ini duduk sama rendah berdiri sama tinggi dalam kehidupan bersama di depan Tuhan dan dalam memperjuangkan keselamatan jiwa kita,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.

Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.”

Harta benda dan kekayaan hanyalah titipan Tuhan kepada kita.

Semua itu bukan milik kita tetapi milik Tuhan yang dipercayakan pengelolaannya kepada kita.

Sebagai juru kelola, tentu diharapkan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri melainkan demi kebaikan hidup bersama.

Ketepatan dalam mengelola harta benda membuat kita dipuji Tuhan sebagai orang yang bahagia, namun ketidakbenaran dalam mengelola harta benda akan menjadikan diri kita sebagai orang yang celaka.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa menggunakan harta benda dan kekayaan demi kebaikan hidup bersama?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version