KETEGASAN beriman dapat mendorong sensibilitas, kepekaan iman, dan keberanian bertindak.
Menyadari dimensi sosial dalam diri dapat membuka jalan dan pengembangan dimensi kemanusiaan.
Gerak batin itulah yang menguatkan kebersamaan sebagai saudara.
Kiranya salah satu aspek penting dalam proses itu adalah keberanian keluar dari diri sendiri, dari zona nyaman dirinya sendiri untuk menggapai orang lain sebagai orang lain.
Bukalah mata dan lihatlah, di luar diri begitu banyak kebaikan yang mengundang kebersamaan.
Bukankah kebaikan merupakan ungkapan kemurahan hati dan tali pengikat dalam ziarah kebersamaan ini?
Bacaan diambil dari Kis 6: 1-7; Yoh. 6: 16-21.
Saya bangga menjadi orang Katolik; dibentuk dengan ajaran yang memuliakan manusia sebagai pribadi yang tercipta dengan dan dalam cinta Allah Bapa dan belas kasih Yesus.
Sejak kecil saya melihat, mengalami begitu banyak karya kesehatan: poli-poli kesehatan dan rumah sakit tempat anak-anak bisa dilahirkan dengan baik, kesehatan hidup keluarga dipelihara.
Para suster dan awam yang merawat kehidupan sungguh mendatangkan decak kagum.
Karya pendidikan formal dan non formal, keterampilan dan kursus- mengembangkan pribadi manusia tidak hanya mengembangkan talenta pribadi tetapi juga kesadaran diri sebagai men and women for others.
Baik murid atau pun yayasan dengan sadar memasukkan nilai solidaritas hidup dengan azas subsidiaritas.
Gerak batin menyalurkan kasih bagi mereka yang kurang beruntung, kurang bahagia, difabel dan yang tersingkir menjadi motivasi bagi karya-karya sosial.
Dalam setiap langkah gerak pelayanan pastoral gerejani, selalu ada kesadaran dan dimensi yang tak dilupakan yakni keadilan, kedamaian dan persaudaraan.
Dalam keheningan dan doa Gereja hidup dan berjuang di tengah-tengah masyarakat: mendorong hidup dalam kasih dan keadilan, tanpa kekerasan.
Dalam setiap bencana pun, Gereja selalu hadir.
Begitu banyak hal-hal peristiwa-peristiwa pelayanan pelayanan pastoral sebagai buah-buah iman kemuridan akan Yesus dihidupi.
Kaum awam tampil dan terlibat mengagumkan; bahkan dari kekurangan, keterbatasan mereka.
Bahkan semakin banyak menyadari apa faedah Gereja di tengah-tengah masyarakat yang masih berjuang payah mengisi perut demi kehidupan.
Gerak keputusan tepat 25% kolekte, kebaikan umat, diperuntukan untuk orang-orang kecil. Dan itu harus habis tidak dialihkan atau disimpan untuk hal-hal yang lain.
Seandainya pun tersisa ada aturan Keuskupan.
Ada seorang romo yang dikenal baik
Pastor ideal
“Mo, Romo itu dikenal baik loh. Murah hati dan tidak pelit. Selalu menyapa umat dengan senyum. Gampang dan riang tangan bila diminta.”
“Ya po. Arep golek opo maneh. Mati yo ora nggowo duit.”
“Nah. kalau Romo ditipu?”
“Yo ben ae. Kenapa dipikirin. Golek pusing dewe. Dosanya kan mereka. Sing penting wes dibantu. Lah kan aku juga dapat dari umat. Yo dibagi-bagi.”
“Romo enggak butuh sesuatukah untuk diri sendiri? Keluarga ne Romo di kampung?”
“Hidup sudah ditanggung Keuskupan. Makan diberi diberi umat. Sandang melebihi dari cukup. Umat mendoakan dan sayang. Kalau perlu atau butuh tinggal ngomong. Enak to.”
“Ya, mereka punya hidup sendiri, pergulatan dan pelayanan, terlibat di gerejanya. Yo paling didoakan.”
“Romo ini sangat sederhana. Tanpa kenal lelah dan mementingkan diri sendiri melayani kebutuhan rohani umat.”
Senada dengan irama hidupnya, para rasul berkeputusan, “Kami tidak merasa puas karena kami melalaikan firman Allah untuk melayani meja.” ay 2b.
Keserasian antara iman, keadilan, cinta kasih dan pelayanan, terutama bagi mereka kecil, lemah, membutuhkan, difabel dan tersingkir membuahkan rahmat yang tak terduga.
“Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”, ay 7.
Aku percaya karena kuasa Yesus menyertai. “Aku ini, jangan takut.”, ay 20.
Tuhan, kebaikan-Mu dalam diri sesama menyadarkan dan membentuk aku. Amin.
