Puncta 24.06.22
HR. Hati Yesus Yang Mahakudus
Lukas 15: 3-7
SEORANG pemuda sedang jatuh cinta membabi buta pada seorang gadis cantik. Ia harus bisa mendapatkan pujaan hatinya.
Apa pun taruhannya, dia harus bisa mendapatkan gadis yang diidamkan.
Hari yang ditunggu segera datang. Ia melamar sang pujaan hati.
“Dinda sayang, maukah engkau menjadi istriku?” hatinya berdebar kencang.
“Aku mau kanda, tetapi ada syaratnya.” Jawab gadis itu.
“Katakan, aku akan memenuhi apapun permintaanmu.” Jawabnya mantab.
“Bawakan kemari hati ibumu. Pasti aku akan menerimamu sayangku.”
Tanpa pikir panjang. Ia pulang ke rumah malam-malam. Ibunya yang sudah renta tidur dengan tenang.
Pemuda lugu itu mengeluarkan pisau tajam, meghujamkan ke dada ibunya dan mengambil hatinya. Ia mengendap sambil membawa hati ibunya.
Ketika melangkah ke luar pintu, kakinya tersandung hampir jatuh.
Hati ibu yang masih berdegup itu bisa berucap, katanya; “Hati-hati anakku, jangan sampai engkau terjatuh dan menderita sakit.”
Bagaimana pun hati seorang ibu tetap penuh pengampunan dan belas kasih bagi anak yang dicintainya.
Hari ini kita merayakan Hati Yesus yang Mahakudus.
Perumpamaan yang dikatakan Yesus menggambarkan bagaimana hati Allah yang penuh belaskasih.
Ia mencari seekor domba yang sesat sampai didapatkan kembali.
Hal itu nampak dalam hati Yesus yang penuh kasih kepada para pendosa.
Hati Yesus sangat mudah berbelas kasih. Melihat orang miskin, Ia jatuh belas kasihan. Melihat orang berdosa, Ia selalu penuh pengampunan.
Melihat orang kelaparan dan kehausan, Ia cepat turun tangan membantu. Melihat orang sakit, Ia menyembuhkan mereka.
Lazarus yang mati, Ia bangkitkan.
Belaskasihnya tak terbatas, tak berkesudahan.
Bahkan kepada orang-orang yang menyalibkan-Nya, Ia berkata; “Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”
Kita tak perlu meragukan betapa besar kasih Allah kepada manusia. Sekali pun manusia ingkar janji dan jatuh dalam dosa.
Allah tidak melihat dosa. Allah tahunya hanya ingin mengasihi manusia.
Seperti hati ibu yang tahunya hanya ingin anaknya bahagia walau hatinya harus terluka.
Dia mau berkorban demi cinta kepada anaknya. Begitulah Allah hanya ingin mengasihi.
Ia korbankan Putera Tunggalnya demi keselamatan dan kebahagiaan manusia.
Kita pantas bersyukur karena demikian besar kasih Allah kepada kita, tanpa memandang siapa kita. Bersyukurlah kita….
Bunga pagi indah merekah,
Tak pernah layu sepanjang masa.
Kasih Allah tak pernah berubah,
Kasih-Nya jadi jaminan hidup kita.
Tawangmangu, menikmati kasih bapak simbok….