SETIAP orang menanggung beban hidupnya masing-masing. Seorang artis atau selebriti harus mempertahankan popularitasnya. Ada suami-isteri yang mesti menanggung relasi yang tanpa harmoni. Sebagian orang kaya dibuat khawatir akan hartanya.
Semua kekhawatiran itu terasa berat tatkala orang berusaha menanggungnya hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Betapa berat membawa beban hidup sendirian. Apalagi ketika merasa ditinggalkan orang-orang terdekat.
Adakah manusia yang benar-benar sendirian dan ditinggalkan dalam hidup ini?
Sesungguhnya, mereka yang beriman kepada Tuhan selalu mempunyai teman. Tuhanlah yang menciptakan segala sesuatu dan memeliharanya (Yesaya 40: 26).
Manusia lelah menanggung beban, tetapi Tuhan tidak demikian (Yesaya 40: 28-30). Karena itu, orang diajak untuk datang kepada-Nya. “Orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru.” (Yesaya 40: 31).
Kekuatan Tuhan itu menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus. Dia datang ke dunia untuk membebaskan manusia dari beban hidup. Dialah sahabat sejati dalam perjalanan hidup ini.
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28).
Ajakan itu bukan basa-basi atau kata-kata tanpa bukti. Dia yang telah menanggung beban dosa dan kematian di kayu salib sungguh memahami beban hidup manusia.
Dia mengajak orang untuk belajar menjalani hidup bersama-Nya. “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” (Matius 11: 29-30).
Dia tidak menjanjikan hidup yang tanpa kesulitan, tetapi menemani kita untuk menanggungnya. Dengan demikian, kita tidak merasa sendirian. Dia membantu kita dalam menjalani hidup ini bebas dari beban.
Rabu, 7 Desember 2022
Peringatan Santo Ambrosius, Uskup