Puncta 27 Juli 2024
Sabtu Biasa XVI
Matius 13: 24-30
SEBELUM Perang Baratayuda terjadi, Kresna datang menemui Karna, saudara Pandawa yang membela Kurawa, musuhnya. Maksud Kresna adalah untuk membujuk Karna agar mau bergabung dengan Pandawa.
Harapan Kresna dan Pandawa adalah agar Karna yang masih saudara dan dinilai ksatria yang baik tidak mati bersama Kurawa yang jahat.
Kurawa itu seperti ilalang yang jahat yang harus dibabat habis. Karna seperti gandum yang tumbuh di antara ilalang. Maunya supaya gandum tidak mati, mereka merayu Karna agar ikut ke pihak Pandawa.
Karna menolak bergabung. Ia seorang ksatria yang teguh pendiriannya. Pribadi yang punya komitmen dan berjiwa ksatria. Kalau berkata ya tetap ya. Kalau bilang tidak tetap tidak. Mengapa Karna tidak mau bergabung?
Pertama, Karna mau bertindak sebagai “obor yang membakar” agar Kurawa berani berperang. Kalau tidak ada senopati yang maju perang, Kurawa tidak akan berperang.
Kedua, Karna rela mengorbankan diri bagi kemenangan adik-adiknya, Pandawa. Kejahatan tidak akan hilang kalau Kurawa tidak dibasmi habis.
Yesus menggambarkan kasih Allah melalui perumpamaan penabur. Ia menaburkan benih gandum di ladang. Tetapi bersamaan dengan tumbuhnya gandum, ada ilalang. Penabur itu tidak mengijinkan ilalang dicabut. Tetapi membiarkan tumbuh bersama.
“Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”
Pada saatnya, waktu panen tiba, ilalang akan diikat dan dibakar. Gandum akan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam lumbung.
Dalam Perang Baratayuda, kejahatan akan dimusnahkan dan kebaikan akan menang laksana mentari yang bersinar cemerlang.
Memang dalam kehidupan kita, baik dan buruk, kejahatan dan kebenaran selalu beriringan. Tetapi pada saatnya nanti, kejahatan akan kalah dan kebaikan akan menang.
Kakek nenek kita pernah bilang, “Becik ketitik, ala ketara”.
Teruslah berbuat baik, karena kebaikanmu akan dicatat dengan tinta emas dalam buku kehidupan dan akan dikenang sepanjang masa.
Burung merpati hinggap di dahan,
Sambil bernyanyi di dedaunan.
Tiada henti menanam kebaikan,
Kelak akan memanen kemuliaan.
Cawas, mari terus berbuat kebaikan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr