Home BERITA Bekal

Bekal

0
Ilustrasi - Kemacetan lalu lintas. (Ist)

Renungan Harian
Jumat, 26 Agustus 2022
Bacaan I: 1Kor. 1:  17-25
Injil: Mat. 25: 1-13

“SAYA bingung melihat rumah jadi penuh. Di mana-mana penuh dengan bungkusan dan koper. Saya tanya isteri saya ‘Ma, kita itu mau liburan lima hari, kok seperti mau pindahan. Bungkusan-bungkusan itu isinya apa?’

Ia malah jawab, “Itu bekal untuk di jalan dan untuk di sana.”

Ya saya ingatkan dia. “Ma, di jalan itu kita bisa mampir di rest area untuk istirahat dan beli makanan. Tidak usah bawa banyak bekal seperti itu. Dan lagi kita itu nanti di tempat kita liburan banyak toko dan restoran. Udahlah Ma, bawa seperlunya saja.”
 
Tapi ternyata, saat pagi hari saat mau berangkat, saya bersama anak-anak menata barang di mobil. Bagasi mobil amat penuh sehingga beberapa barang harus diletakkan di sela-sela tempat duduk. Setelah kami selesai menata semua barang, ternyata isteri masih meminta anak-anak untuk memasukkan satu dus air mineral.

Anak-anak protes, karena satu dus air mineral akan membuat mobil semakin sesak. Tetapi isteri saya tetap pada pendiriannya agar dibawa; maka anak-anak tidak ada pilihan selain menaati mamanya.

Akhirnya barang-barang sudah selesai diatur dan kami siap untuk berangkat. Anak-anak sudah masuk ke dalam mobil tinggal menunggu mamanya.
 
Saat keluar dari rumah ternyata isetri saya masih membawa 1 tas besar.

“Ma, itu apalagi?” tanya saya.

“Ini nasi, sayur dan lauk,” jawabnya dengan tenang.

Aduh, ternyata apa yang saya katakan tadi malam tidak berguna, pikirku.

Anak anak protes dan bilang, “Ma, ma, kok seperti di jalan nanti itu tidak ada orang jualan.”

Anak-anak tahu bahwa  sebenarnya mamanya tidak perlu membawa makanan.

Perjalanan kami mulai, sepanjang perjalanan isteri saya selalu menawari kami makanan dan minuman yang kami bawa; tetapi kami belum ada yang berminat.

Kami tetap berniat akan makan di rest area untuk membuat isteri sadar bahwa tidak perlu membawa banyak bekal. Setelah kami menempuh setengah perjalanan, perjalanan mulai tersendat dan akhirnya perjalanan terhenti.

Ada kemacetan yang panjang dan kami tidak tahu apa yang terjadi. Mau tidak mau kami harus menunggu, dan ternyata setelah satu jam belum ada tanda-tanda kami dapat melanjutkan perjalanan.

Semua orang mulai keluar dari mobil karena kemacetan yang sudah cukup lama. Sempai lewat tengah hari, kami masih terjebak di kemacetan sehingga rencana makan siang di rest area tidak bisa terjadi.
 
Isteri mulai membongkar bekal makan siang yang dibawa dari rumah. Istri membagi makanan sambil mengatakan bahwa pentingnya membawa bekal.

Menurutnya, di jalan tidak pernah bisa diduga apa yang terjadi maka membawa bekal yang cukup itu penting sehingga kami semua tidak kehausan, kelaparan dan tidak terlalu bosan. Kami semua sadar dan malu dengannya.

Andai dia menuruti saya dengan tidak membawa bekal, maka kami semua pasti akan kelaparan dan anak-anak ribut karena lapar dan haus.

“Itulah kebijaksanaan isteriku,” seorang teman berkisah.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius, orang bijaksana adalah mereka yang selalu siap sedia dengan menyiapkan segala sesuatu agar bila saatnya tiba tetap siap.

“Sedangkan yang bijaksana, selain pelita juga membawa minyak dalam buli-bulinya.”
 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version