Belajar Berdoa dari Hana

0
Hana berharap bisa melihat Yesus. (Ist)

HANA, isteri Elkana, termasuk orang beriman. Di kala mengalami kesulitan, dia lari ke dalam doa. Permohonannya sangat khas. Di satu sisi dia meminta, di sisi lain dia memberi (1 Samuel 1:11). Dia bukan pendoa egois yang hanya memohon demi dirinya sendiri.

Doa permohonannya bukanlah meminta belaka, melainkan curahan hati. “Aku sedang mencurahkan isi hatiku di hadapan Tuhan,” demikian katanya tatkala Imam Eli mengira dia sedang mabuk (1 Samuel 1:15).

Tidak cukup mencurahkan isi hati dan kecemasan kepada Tuhan, dia juga menyampaikan pergulatan hidupnya kepada Imam Eli. Karena itu, ia mendapat dukungan dari sang Imam yang berkata, “Pergilah dengan selamat, dan semoga Allah Israel memberikan kepadamu apa yang engkau mohon dari pada-Nya” (1 Samuel 1:17).

Di samping berdoa, Hana juga berusaha. Untuk memperoleh anak, pasangan suami-isteri bersetubuh. Itulah yang dilakukannya. “Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, Tuhan ingat kepadanya. Maka setahun kemudian mengandunglah Hana, dan melahirkan seorang anak laki-laki.” (1 Samuel 1:19-20).

Hana dalam bacaan hari ini (1 Samuel 1:9-20) menampilkan orang yang berdoa secara benar. Pertama, doanya merupakan curahan hati. Dalam kesulitan, orang beriman sejati lari kepada Tuhan; bukan kepada dukun. Kedua, dia tidak hanya memohon, tetapi melakukan tugasnya dalam memperoleh yang dimintanya. Doa itu bukan sikap pasif tanpa kerja sama dari manusia.

Ketika doanya dikabulkan, sekali lagi dia mengungkapkan imannya. Anaknya diberi nama Samuel yang berarti aku telah memintanya dari Tuhan (1 Samuel 1:20). Dia ingat akan pemberian Tuhan itu. Bukankah ada banyak orang yang melupakan Tuhan setelah memperoleh yang dimintanya?

Pengalaman Hana itu mirip dengan pengalaman semua orang beriman yang berada dalam kesulitan. Mereka berdoa kepada Tuhan. Namun doa Hana menunjukkan kedekatannya dengan Tuhan, sehingga dia dapat mencurahkan isi hatinya secara tulus. Dia tidak hanya meminta, tetapi mempersembahkan kembali yang dimintanya kepada Tuhan.

Doa sejati lahir dari pergulatan hidup sehari-hari. Doa bukan rangkaian kata-kata yang lahir dari kepala. Semakin dekat hati seseorang kepada Tuhan, semakin murni pula doa-doanya.

Selasa, 9 Januari 2024
Alherwanta O.Carm

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version