INI benar-benar merupakan sebuah pemandangan yang indah, ketika bisa menyaksikan anak-anak belajar di ‘sekolah kehidupan’ untuk berlatih membina sikap toleransi.
Ini bukan sekedar teori, tetapi praktik nyata.
Itulah yang yang terjadi pada hari Senin tanggal 28 Agustus 2017 lalu, ketika sebanyak 150 siswa-siswi dan 10 guru SD Muhamadiyah di Kota Probolinggo datang dengan senang hati berkunjung ke Gereja Katolik St. Maria Bunda Karmel Probolinggo. Ini tentu bukan sekedar kunjungan biasa, melainkan dilakukan dalam konteks pendidikan anak sejak usia dini yakni belajar menghargai keberagaman, termasuk bertoleransi dengan pemeluk agama lain.
Menyambut dengan suka hati
Kunjungan ini langsung diterima dengan senang hari oleh pastor paroki yakni Romo Hugo Susdiyanto, O.Carm. Ia ditemani oleh sejumlah anggota FKUB Kota Probolinggo dan aktivis dialog lintas Agama dan kepercayaan.
Setelah disambut oleh Rm. Hugo, anak-anak diantar melihat dan masuk ke dalam gedung gereja untuk melihat isi bagian dalam gedung gereja. Kepada pastor paroki, para murid ini aktif bertanya banyak hal tentang apa itu Gereja Katolik.
Pertanyaan aneka ragam disampaikan oleh anak-anak dengan bahasa dan kepolosan mereka kepada Rm. Hugo.
Salah satunya adalah pertanyaan seorang anak:
- “Ustad disini tinggal bersama dengan siapa?,” demikian tanya seorang murid.
- Romo Hugo pun menjawab: “Ustad di sini disebut ‘Pastor’ atau ‘Romo’. Para romo ini tidak menikah dan tidak punya isteri. Kami di sini tinggal di pastoran bersama para romo lainnya. Di sini ada tiga romo.”
Pengalaman kunjungan ini memberi kesan mendalam bagi anak-anak SD Muhammadiyah dan para guru. Mereka bergembira karena telah belajar secara langsung dengan praktik berkunjung.
Kesan guru
“Kami berterimakasih, anak-anak dan kami boleh belajar langsung dengan mendatangi sebuah Gereja Katolik. Harapannya, anak-anak kami bisa lebih mengenal Indonesia dengan aneka ragam budaya dan agama. Semoga kita semakin memupuk rasa kebangsaan dalam NKRI ini dengan baik,” demikian tuturnya spontan dan langsung.