Home BERITA Belajar Bisnis dengan Ibu Teresa

Belajar Bisnis dengan Ibu Teresa

0

[media-credit name=”abd” align=”alignleft” width=”300″][/media-credit]APA yang bisa dipelajari dari seorang CEO (Chief Executive Officer) atau bos besar dari suatu perusahaan pada seorang Ibu Teresa yang sepanjang hidupnya membaktikan dirinya demi melayani dan menolong orang sakit, miskin papa di wilayah kumuh Kalkuta, India?
Ruma Bose, yang menulis buku tentang biarawati Katolik ini mengatakan, jawabannya banyak. Dan jangan salah, bukan kegiatan filantropis atau yang terkait dengan kegiatan sosial yang disarankan atau bisa dipelajari. Bill Gates dan Warren Buffett sudah menjalankan semua itu.

Dalam buku berjudul “Mother Teresa, CEO : Unexpected Principles for Practical Leadership” yang ditulis Bose bersama seorang pebisnis bernama Lou Fast memandang apa yang dicapai biarawati Katolik ini dari sudut pandang pebisnis. Mereka menggambarkan Ibu Teresa sebagai seorang pemimpin yang mampu membuat karyanya menjadi multinasional.

Kongregasi Biarawati Cinta Kasih
Ibu Teresa telah mengubah kongregasi atau ordo yang didirikannya pada 1948 bernama Misionaris Caritas (Cinta Kasih) – Missionaries of Charity  yang bertujuan untuk menolong mereka yang tersingkirkan dan terlantar menjadi sebuah organisasi yang sekarang ini telah menyebar ke lebih dari 100 negara.

Dengan 4.000-an pekerja dan dana miliaran dollar yang dikelola untuk dana sosial, membuat suster asal Albania yang meninggal di tahun 1997 ini menerima Nobel Perdamaian dan resmi dinobatkan sebagai beata (proses satu tahapan sebelum akhirnya layak dinyatakan sebagai “orang kudus” atau lazimnya disebut Santa.

Namun buku ini dengan jelas menyebutkan bahwa “Anda tak perlu menjadi seorang santo-santa” untuk bisa mengambil pelajaran dari suster saleh ini.

“Tuhanlah yang menyalakan semangat Ibu Teresa, tapi Tuhan adalah variabel,” jelas Bose yang menghabiskan hidupnya sebagai relawan bersama  para biarawati di Kalkuta dan sekarang menjalankan perusahaan yang bergerak di bidang pengobatan alami. “Selebihnya, bisa jadi profit.”

Dalam buku ini juga disebutkan bahwa apa yang dicapai  Ibu Teresa dengan Misionaris Caritas-nya sama dengan capaian yang telah diperoleh korporasi besar lain dalam sejarah manusia seperti Hewlett-Packard, Coca-Cola dan Disney.

Menjaga visi sederhana
Jadi, tips-tips apa yang diberikan buku ini – mengacu pada prinsip-prinsip yang dimiliki Ibu Teresa – sehingga kelihatannya menarik?

Pelajaran utamanya adalah bahwa para pemimpin harus menjaga, memelihara visi sederhana mereka dan dekat dengan zona nyaman. Dalam kasus Ibu Teresa adalah melayani orang miskin.

“Dapatkah Anda membayangkan seorang Bill Gate muda merancang organisasi seperti yang dilakukan Ibu Teresa? Pasti sangat sulit karena Bill Gate tak tahu sama sekali persoalan kemiskinan,” kata buku tersebut.

Nah, lalu bagaimana? Jawabannya, cukup bertanya pada diri sendiri : “Siapa diri Anda dan apa bedanya dengan Ibu Teresa?”

Sebagai pemimpin, Anda harus bisa menjadi pedoman, panduan, pengingat atau mudahnya contoh yang hidup atas pesan, visi dan misi utama organisasi, seperti halnya Ibu Teresa. Pilihan gaya hidup biarawati ini mencerminkan nilai-nilai Misionaris caritas dalam segala hal yang dia buat. “Pakaian sarinya yang sederhana dengan tiga strip warna biru yang merefleksikan kaul yang dihayatinya, kemiskinan, kemurnian dan ketaatan. Juga kesederhanaan tempat tinggal dan bahkan cara hidupnya,” ungkap buku ini.

Prinsip-prinsip lain dari Ibu Teresa adalah kekuatan keragu-raguan (pada saat-saat tertentu Ibu Teresa juga mempertanyakan hubunganya dengan Tuhan dan pengalaman itu justru membuat imannya makin kuat) dan pentingnya “memberi perhatian pada pesuruh, penjaga pintu atau karyawan paling rendah.”

Dan tentu saja, nilai lain yang bisa dicontoh adalah selalu bergembira dengan segala hal yang terkait dengan kedisiplinan. Ibu Teresa selalu bangun pagi sekitar prukul 4.40 untuk berdoa sebelum seluruh aktivitas dijalankannya.

Jadi, rasa-rasanya apa yang diteladankan Ibu Teresa ini sebenarnya prinsip-prinsip yang bisa dilakukan dalam setiap aspek kehidupan. Tak sekadar demi mencari profit. Bose bahkan menyebutkan Ibu Teresa ini sebagai “orang yang penuh kasih tetapi juga pemimpin yang keras.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version