MOEDER Constan van der Linden selaku Ibu Pendiri Kongregasi SFD pertama kali dalam karyanya adalah kegiatan mendirikan asrama pelajar dari kelompok calon guru-guru putri dan pensioner. (lih. SKPRD, hlm. 100)
Hal yang sungguh menakjubkan, karena beberapa hal berikut ini:
- Dalam hal pengajaran, rencana pendidikan bermuatkan pelajaran yang lebih maju tiga tahun, tetapi bakat para siswa dan keinginan orang ua selalu mendapat perhatian.
- Pelajaran agama dengan muatan nilai-nilai Kristiani di semua kelas menjadi dasar dari semua pendidikan dan hal ini harus diperhatikan dan diolah.
- Pendekatan lintas bahasa.
- Kesusastraan, seni membaca (literasi) dan pidato, menulis halus, ilmu sosial, ilmu alam, Kitab Suci, ilmu hitung, tata buku, seni suara, piano, menggambar, seni lukis dan soft skill menjadi muatan dalam rangkaian proses Pendidikan. (lih. SKPRD, hlm. 305)
Saat ini, Kurikulum Merdeka versi Kementerian Pendidikan Nasional banyak mengulas soal kompetensi, literasi, numerasi dan karakter. Sebenarnya, dalam hidden curriculum Kongregasi Suster SFD, hal itu sudah jauh-jauh dari dipraktikkan dalam sistem pendidikan dan pembinaan kaum muda yang diampu oleh para Suster SFD.
Terutama dengan mengutamakan pendidikan kristianitas dan kesusilaan sebagai tata nilai dan budaya sekolah. Selain tentu saja juga mengolah dan mengembangkan kemampuan membaca, menulis, menghitung, mampu berbahasa asing, mencintai seni dan sastra. Semua ini berlaku bagi para pensioner muda serta calon guru.
Nilai-nilai karakter karya SFD
Sampai sekarang, Kongregasi SFD mengelola karya sesuai dengan spiritualitas Kongregasi. Sejak tahun 2016, Kongregasi SFD sudah memiliki nilai-nilai karakter untuk karya pelayanan.
Dan itu kami sebut dengan istilah Nilai SFD. Berupa tiga hal yakni semangat, fraternitas, dan dina.
Nilai pertama adalah S: Semangat
Ini berarti jiwa dan semangat hidup untuk selalu bergembira, rajin, dan giat dalam melakukan setiap karya yang ditugaskan dengan disiplin yang tinggi dan sukacita besar. (Bdk. Konstitusi bab IV).
Melalui nilai S ini, maka akan terpancarlah kegembiraan sejati(gembira, sabar dalam kesulitan), energik, tahan banting dan pantang menyerah; juga rajin dan giat serta bertanggungjawab; mau bekerja keras, tekun dalam pekerjaan, disiplin (tertib, teratur, dan taat), bersukacita (mampu bersyukur dan berterimakasih)
Nilai kedua ada F: Fraternitas
Fraternitas berarti mengutamakan dan memperlakukan kaum papa dan semua makhluk yang ada dengan semangat cinta kasih, bersikap ramah, bersaudara dengan mereka.
Juga selalu memposisikan diri sebagai pembawa damai di mana pun berada. (Yoh 15:12-13; bdk. Anggaran Dasar Fransiskan p 7; Konstitusi bab II; LPJ Fransiskan Serikat Persaudaraan’.
Melalui nilai ini makan terpancarlah:
- Semangat cinta kasih yang menjadi penopang persaudaraan.
- Semangat bersaudara yang saling membantu, melayani, bekerjasama, membangun dialog.
- Mengutamakan saudara antara lain dengan memberi kesempatan pada yang lain.
- Memelihara dan mencintai seluruh ciptaan dengan mencintai kehidupan, solidaritas, asri, aman, sejuk, rapi, indah, bersih, membiasakan menggunakan barang bekas, melakukan kegiatan proyek daur ulang.
- Memperhatikan kaum papadengan menolong, peduli, berbagi empati.
- Selalu bersikap ramah dan tamah dengan benyak memberi senyum, bertegur sapa, memberi salam, bersikap sopan, berlaku santun.
- Membawa damai dengan selalu bersikap adil yang tidak memihak, selalu mengutamakan kebersamaan dan persatuan, tidak membesar-besarkan masalah, dan menciptakan suasana harmonis.
- Menjujung dan mempraktikan semangat toleransi dengan menghormati, menerima dan terbuka pada perbedaan suku, agama, dan golongan.
Landasan biblisnya adalah Injil Yohanes 15:12-13: “Inilah perintah-Ku, supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seseorang yang memberikan nyawaNya untuk sahabat-sahabatnya.”
Nilai ketiga adalah D: Dina
Dina berarti dengan semangat doa dan pertobatan yang terus-menerus menumbuhkan sifat sederhana, rendah hati, tulus, bermatiraga, rela berkurban serta tanpa pamrih. Semua itu harus merupakan dasar hidup setiap orang (Yoh 3:30; Filipi 2:4-8; bdk. Konstitusi bab III).
Melalui nilai ini, maka diharapkan bisa tertanamlah sifat ke-SFD-an yaitu:
- Menjadi sosok pendoa (rekolek) yang selalu ingin mengandalkan Tuhan, percaya kepada penyelenggaraan illahi, pertobatan (peniten) yang berarti selalu ingin melakukan pembaharuan diri secara terus-menerus.
- Juga bersikap dan berlaku sederhana (ugahari), punya semangat rendah hati: tidak sombong, tapi mau menerima semua orang apa adanya.
- Menjalani praktik hidup bermatiraga:berani berkata cukup, memenuhi yang dibutuhkan saja.
- Juga mau meminta maaf, tulus, tidak suka bersandiwara, rela berkurban, murah hati, memberikan waktu dan tenaga, mengalahkan diri sendiri, tanpa pamrih, tidak mengharapkan imbalan, ikhlas.
- Selalu mengutamakan sikap dan perilaku jujur: berani berkata benar, transparan, berani menjadi yang terkecil, melakukan pekerjaan yang sederhana.
- Bersikap lepas bebas, karena tidak terikat pada tempat, jabatan, relasi, benda, namun selalu tekun dan setia, tidak mudah terpengaruh, bertahan dalam kesulitan,tangguh.
Landasan biblisnya adalah Injil Yoh 3:30: “Ia harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil”.
Juga Surat Rasul Santo Paulus kepada Umat Filipi 2:5-7: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menanggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (bdk. Buku Karakter ke-SFD-an). (Berlanjut)
Terimakasih untuk tulisannya Sr. Filomena🙏
Mantap semoga semakin banyak pemudi tertarik untuk melanjutkan misi muder constan van der Linden. salam Semangat Fraternitas Dina.