Tulisan serial “Belajar Manajemen dari Yesus” ini bukan merupakan tafsir Kitab Suci atau refleksi teologis. Tulisan ini lebih merupakan refleksi pribadi terhadap tindakan dan perkataan Yesus dari sudut pandang manajemen modern.
—————–
UNTUK dapat bertumbuh dengan cepat namun efisien, pelaku bisnis sekarang ini dituntut untuk selalu memikirkan bagaimana menciptakan nilai tambah terhadap suatu barang dan jasa; bagaimana menciptakan produk baru, bagaimana melakukan transformasi organisasi, serta bagaimana optimisasi biaya dan sumber daya manusia. Kunci sukses menghadapi tantangan itu adalah inovasi. Sekarang ini banyak pelaku bisnis berguru dan mencari ilmu kemana-mana agar senantiasa dapat melakukan inovasi.
Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur dalam bukunya Business Model Generation menulis sembilan pilar yang harus diperhatikan dalam bisnis. Sembilan pilar itu adalah (1) Customer Segment (segmen atau jenis pelanggan yang dituju), (2) Value Proposition (nilai tambah yang diberikan), (3) Channel (distribusi atau penyaluran), (4) Customer Relationships (hubungan dengan pelanggan), (5) Revenue Streams (aliran atau saluran pendapatan), (6) Key Resources (sumber daya atau asset), (7) Key Activities (kegiatan utama), (8) Key Partnerships (rekanan utama), dan (9) Cost Structure (struktur biaya).
Temuan besar
Dalam pencarian model bisnis inovatif, saya pelajari ternyata apa yang dilakukan dan diucapkan Yesus lebih dari 2000 tahun lalu adalah inovasi besar. Bisnis model yang dicontohkan oleh Yesus ternyata masih sangat aplikatif dalam dunia bisnis modern.
Dalam refleksi ini, intisari perkataan dan perbuatan Yesus akan saya masukkan dalam konteks 9 pilar (building blocks) bisnis model sebagaimana ditulis oleh Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur. Saya akan mulai dengan pilar nomor (1) Customer Segment atau Segmen Pelanggan.
Segmen Pelanggan adalah kelompok orang, organisasi, masyarakat atau pelanggan yang akan menjadi “sasaran” atau target pemasaran. Bisnis apa pun juga pasti akan menyasar kelompok yang menjadi target mereka. Kelompok orang atau organisasi ini yang mendapatkan manfaat dari barang dan jasa yang diberikan oleh bisnis. Dan sebagai imbalan atas manfaat itu mereka mau membayar sesuai dengan nilai yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Cara Yesus
Yesus dalam pewartaanNya atau dalam “mempromosikan produkNya” juga sangat memperhatikan segmen pelanggan yang akan disasar. Kalau target pemasaran Judaisme adalah segmented market atau terbagi-bagi sesuai dengan latar belakang etnis dan keturunan, Yesus menyasar pada diversified market atau malahan sebagaimana dipromosikan oleh Paulus, pada mass market.
Yesus sadar sepenuhnya bahwa produk dan jasa keselamatan yang Dia tawarkan akan memberikan nilai tambah bukan hanya bagi bangsa Yahudi saja tetapi bagi semua bangsa.
Itulah inovasi Yesus terhadap bisnis model yang ada. Yesus berinovasi dengan cara memperluas segmen pelanggannya, dari yang tadinya niche dan segmented, menjadi diversified dan bahkan mass. Produk yang ditawarkan Yesus sebenarnya mirip-mirip dengan apa yang ditawarkan agama Yahudi dan para nabi yang terdahulu, yaitu Keselamatan. Dan sarana yang dipakai adalah kisah, kebijakan, aturan, ajaran dan buku-buku yang ada dalam Kitab Taurat (serta Perjanjian Lama). (Bersambung)
*) Wahyu P. Wibowo, managing partner Y-Consulting.
Saya sedang mencari informasi tentang belajar managemen apasaja, dan ini cocok. Apa ada bukunya? Kalau boleh saya juga mau, ini bisa menjadi dasar yang kuat dalam managemen apasaja dalam hidup saya. Trimakasih atas informasi ini, dan saat ini tepat saat saya membutuhkannya.