Home BERITA Benih Kecil di Hati Kita

Benih Kecil di Hati Kita

2

Sabtu, 17 September 2022

  • 1Kor. 15:35-37,42-49
  • Mzm. 56:10,11-12,13-14.
  • Luk. 8:4-15.

SEBUAH benih tidak dapat menghasilkan sesuatu sampai pertama-tama ia ditabur ke dalam tanah dan mati.

Potensi di dalam setiap benih adalah menghasilkan panen, tetapi itu akan sia-sia sampai ia ditabur di dalam tanah.

Yesus mengatakan bahwa prinsip untuk mendapat adalah melalui kehilangan dan menerima melalui memberi.

Benih harus mati: Benih kelihatan mati di mana tidak ada daun-daun hijau, tidak ada tunas atau cabang yang muncul. Agar benih tumbuh, benih harus dikubur.

Intinya, benih itu harus mati.

Kenyataan penting terjadi bahwa “benih itu tumbuh dengan sendirinya”.

Artinya, prosesnya dimulai dengan kematian dan dapat saja terganggu di sana sini, tetapi tak mungkin dihentikan.

Sekali ditaburkan dan benih itu tumbuh, pertumbuhannya sudah pasti dan akan terus berlangsung sampai waktunya menuai. Sebab apa saja yang berasal dari Allah selalu pasti.

“Inilah yang terjadi dalam hidup saya,” kata seorang ibu.

“Saya sekarang hidup dengan anak angkatku,” lanjutnya.

“Sedangkan anak-anakku sendiri tinggal bersama keluarganya di kota-kota yang jauh,” ujarnya.

“Anak ini, saya angkat ketika masih kecil dan kedua orang tuanya meninggalkan dia,” kisahnya.

“Saya sayangi dan saya didik seperti saya menyanyangi dan mendidik anak sendiri,” imbuhnya.

“Saya tidak menyangka bahwa akhirnya justru dia yang penuh perhatian dan kasih kepadaku,” lanjutnya.

“Anak-anakku baik namun mereka terlalu sibuk hingga sulit meluangkan waktu bahkan untuk bertemu denganku,” sambungnya.

“Saya tidak menuntut mereka membalas perhatian dan kasih sayangku, namun kadang di dalam hati kecilku, ada kerinduan untuk bertemu dengan mereka,” katanya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu.

Lalu Ia menjawab: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.

Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah.”

Allah menaburkan benih-benih kecil. Allah selalu mengawali dengan hal-hal kecil. Tetapi ada kepastian bahwa hal yang kecil akan menjadi besar.

Kebesarannya pasti akan terjadi dan nampak. Itu terbaca di mana semua “burung dapat bersarang dalam naungannya”.

Kita diingatkan bahwa benih unggul telah ditaburkan dalam hati kita. Tuhan sudah ada dan bertumbuh dalam diri kita. Ia menyata antara lain dalam kebaikan.

Sebab Tuhan itu baik. Ia memperlihatkan kebaikan-Nya kepada kita. Ia menanamkan benih kebaikan-Nya ke dalam hati kita.

Kebaikan Tuhan cukup sering tertampilkan dalam dan melalui hal-hal yang kecil, sederhana; berawal dari yang kecil, tak diperhitungkan, dianggap tak berarti, disepelekan.

Tapi kebaikan itu akan tumbuh jadi besar dan memberikan kebahagiaan. Tak ada yang bisa menghalanginya. Kebaikan tak’kan pernah mati. Itu sebuah kepastian!

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku selalu berjuang menumbuhkan benih Allah yang ada dalam hatiku?

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version