Home LENTERA KEHIDUPAN Berani Keluar Kerja karena Tuntutan Moralitas (4)

Berani Keluar Kerja karena Tuntutan Moralitas (4)

1

[media-credit id=3 align=”alignleft” width=”150″][/media-credit]KITA tidak pernah kesulitan mengenali karakter yang baik jika kita melihatnya. Seorang ayah bercerita tentang anak laki-lakinya yang berusia 19 tahun. Ceritanya adalah sebagai berikut.

Andy adalah seorang anak yang cerdas dengan bakat khusus di bidang musik. Namun saat itu, Andy tengah berada di masa sulit karena ia tidak tahu apa yang ingin ia lakukan dalam hidupnya. Ia tidak mempunyai arah dalam hidupnya. Orang tuanya tidak berkesempatan  memotivasinya untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Ia juga tidak menyukai pekerjaan yang tengah dia jalani.

Sekali waktu,  Andy mendapat kesempatan bekerja menjadi tenaga asisten n seorang tukang stem piano gereja. Bapak ahli piano ini telah menyetem banyak piano di  gereja-gereja selama 20 tahun. Ia punya  penghasilan cukup baik, karena di kota tersebut banyak sekali gereja-gereja yang membutuhkan jasanya. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Andy mempunyai penghasilan yang lebih dari cukup. Ia juga sangat menikmati perkerjaannya.

Moralitas menuntut berlaku benar

Tiga pekan kemudian, Andy menemui ayahnya. Kepada bapaknya, Andy  menyampaikan sesuatu yang sangat mengganggunya. Hal itu adalah “penemuannya” setelah dia sadar tukang stem piano itu menjalankan bisnis kotor.

Bapak ahli piano itu ternyata telah menipu banyak -gereja dengan mengatakan bahwa, sebuah piano harus di stem sebanyak empat kali dalam setahun.

Padahal itu tidak benar. Andy merasa kesal ketika ia melihat bosnya mendatangi gereja dan pura-pura  memainkan piano selama setengah jam seolah-olah ia tengah  menyetem-nya. Padahal, yang sebenarnya bapak ini tidak melakukan hal apa-apa, selain memainkan dentang tuts piano.

Kepalsuan ini membuat Andy memutuskan tidak mau lagi melanjutkan pekerjaannya. Padahal dari bapak ahli piano ini, dia mampu mendapatkan penghasilan lumayan bagus. Tak berapa lama kemudian, Andy memang “pensiun diri”. Kepada pastor yang dia kenal, ia mengatakan sebaiknya segera mencari tukang stem piano baru.

Ketika menceritakan hal ini, ayah Andy berujar –katanya–  ”Anakku melepaskan penghasilannya yang besar dengan alasan yang benar. Aku mengatakan padanya bahwa, aku sangat bangga terhadap dirinya & terhadap apa yang telah dilakukannya.” (Lickona, 1991). (Bersambung)

Ancilla Martuti Kuntoro,[media-credit id=3 align=”alignleft” width=”150″][/media-credit]sarjana Pendidikan MIPA dan master bidang Sains Pendidikan lulusan Universitas Indonesia (2007) yang senang mengajar dan kini menjabat direktur research and development di sebuah sekolah di Serpong, Tangerang Selatan.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version