Home BERITA Berani Mengambil Risiko

Berani Mengambil Risiko

0
Ilustrasi: Mantap melangkah ke depan tanpa menoleh ke belakang. (Ist)

Kamis 19 Oktober 2023.

  • Rm. 3:21-30.
  • Mzm. 130:1-2,3-4b,4c-6.
  • Luk. 11:47-54

MENYUARAKAN kebenaran di tengah kebatilan.

Pada kenyataannya tugas ini amat sangat berat. Seiring dengan arus materialisme yang kian merajalela, jumlah orang-orang yang memiliki rasa tanggung jawab turut menegakkan kebenaran semakin menyusut.

Keberanian menyuarakan kebenaran seringkali dipadamkan oleh dorongan untuk mencari keselamatan pribadi dalam materi, jabatan dan kekuasaan.

Misi kasih menyuarakan kebenaran, sebagai pengikut Kristus saat ini memang menuntut banyak pengurbanan.

Misi kasih itu, harus diperjuangkan dengan tanpa kenal lelah, mental yang kuat, jiwa yang kokoh, kesabaran yang ekstra, tahan terhadap gunjingan, siksaan, cemoohan dan berbagai ujian penderitaan lahir-bathin yang lain.

Dalam catatan sejarah bangsa kita ini, para pembawa warta kebenaran seringkali dibungkam, disingkirkan bahkan dihilangkan.

Banyak pejuang kebenaran dan keadilan yang disingkirkan dan dihambat kariernya.

Namun demikian masyarakat masih sangat merindukan orang yang dengan tegas menyuarakan kebenaran dan keadilan dalam hidup bersama ini.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka.

Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya.”

Injil hari ini membuka mata dan hati kita akan realita hidup kita yang dirasuki dengan hal yang busuk dengan sikap hidup orang-orang Farisi yang tidak benar dan jujur.

Yesus mengecam kepalsuan dan kemunafikan.

Kecaman itu menjadi lebih tajam karena ditujukan terhadap mereka yang diberi mandat untuk menuntun hidup sesamanya namun tidak dilakukan, dengan rupa-rupa argumen yang menyesatkan.

Kepalsuan dan kemunafikan semakin nyata dengan alasan nama baik, jabatan, kehormatan, dan demi popularitas.

Kepalsuan berarti menutupi apa yang seharusnya dinyatakan adanya atau tidak menampilkan diri sejatinya.

Sementara kemunafikan menyata dalam sikap, bicara, dan tindakan seolah-olah suci tetapi kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan.

Terhadap sikap demikian kecaman Yesus menjadi aktual dan mendalam.

Sikap dan tindakan hidup hendaknya didasari oleh iman. Iman mendorong kita untuk berbuat kebaikan dan memberikan kehidupan bagi sesama

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani menyampaikan kritik demi kebenaran meski menghadapi risiko penolakan?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version