Puncta 08.11.21
Senin Biasa XXXII
Lukas 17: 1-6
BETAPA amarah mengobarkan hati Danaraja ketika tahu ayahnya, yang awalnya mau melamar Dewi Sukesi untuk dirinya, justru mengambil calon menantu itu untuk dijadikan isterinya sendiri.
Dewi Sukesi hanya mau diperistri oleh orang yang mampu menjelaskan makna “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.”
Danaraja ngamuk menyerang Alengka. Tak ada yang bisa mengalahkan orang yang sedang dibakar amarah.
Resi Wisrawa akhirnya menemui anaknya. Dia minta maaf atas kekhilafannya, karena mengambil Sukesi menjadi isterinya.
Penyesalan Wisrawa tak memadamkan amarah Danaraja.
Dewa Narada datang memisahkan peperangan mereka. Wisrawa menyesali kesalahannya. Ia pasrahkan hidup pada Narada. Danaraja pun menyesali dosanya, karena melawan ayahnya. Mereka berebut kematian.
Namun Narada minta agar mereka kembali menjalankan tanggungjawabnya dan tidak mengulangi kesalahan lagi.
Dalam Injil Yesus mengingatkan bahwa akan ada penyesatan.
Wisrawa yang awalnya bertugas melamar Dewi Sukesi, disesatkan oleh kecantikan sang puteri, lalu jatuh hati.
Tindakan dosa itu menyebabkan Sukesi lalu melahirkan raksasa-raksasa; Rahwana, Kumbakarna, Sarpakenaka dan Gunawan Wibisana yang berwujud manusia sewajarnya.
Yesus mengajarkan agar para murid bersedia mengampuni.
“Jika saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia. Dan jika ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jika ia berbuat dosa terhadapmu tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata, ‘Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”
Betapa sulitnya mengampuni. Ketika Wisrawa masih dikuasai oleh nafsu, ia melahirkan raksasa-raksasa.
Namun ketika hatinya bening dikuasai kasih dan pengampunan, ia melahirkan ksatria yang gagah dan bijaksana, Gunawan Wibisana.
Pengampunan dan kasih akan membuahkan kebaikan.
Untuk sampai kepada hati yang mengampuni dibutuhkan kesadaran dan pengendalian diri. Berani menghilangkan segala nafsu pribadi.
Sabda Yesus menjadi tantangan berat bagi kita. Kita diminta untuk selalu mengampuni, kendati sangat sulit.
Orang yang berani mengampuni menampakkan keluhuran budi. Orang yang bisa mengampuni mampu mengalahkan dirinya sendiri.
Mari kita terus berjuang untuk bisa mengampuni. Tidak hanya sekali, namun terus berkali-kali.
Ziarah ke Gua Kerep Ambarawa.
Jangan lupa singgah di warung mBok Kami.
Keluhuran budi seorang manusia,
nampak dari kemampuannya mengampuni.
Cawas, belajar terus mengampuni…