Kemarin, Yesus mengamanatkan agar para murid-Nya saling mengasihi (Yohanes 15: 12). Tidak mudah melaksanakan perintah-Nya itu. Tantangan terbesarnya adalah kebencian.
Hari ini, Yesus menegaskan hal itu. “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.” (Yohanes 15: 18).
Mengapa dunia membenci para pengkut-Nya? Karena mereka bukan dari dunia dan Yesus telah memilih mereka dari dunia (Yohanes 15: 19).
Tantangan bagi orang Kristen (tellah dipilih oleh Kristus) adalah dibenci dunia, karena dunia ingin agar mereka mengikuti pandangan dan mentalitasnya. Mereka yang menolak mengidentifikasi dirinya dengan dunia akan dikucilkan, dibenci, bahkan dibunuh oleh dunia.
Banyak contohnya. Mereka yang tidak mau ikut korupsi di lembaga pemerintah atau di perusahaan akan dikucilkan oleh rekan-rekannya. Anak muda yang tidak mau ikut perilaku negatif kelompok atau gengnya akan dibenci dan disingkirkan.
Karena tidak mau ikut berjudi waktu tetangga punya perhelatan (sunatan, pernikahan) atau kematian, ayahku dibenci dan disingkirkan para tetangga. Amat tidak mudah menjadi satu-satunya keluarga Katolik di tengah masyarakat yang demikian.
Jauh lebih mudah menyesuaikan diri dengan dunia ini alias ikut-ikutan atau kompromistis. Namun, bukan itu yang dikehendaki Tuhan Yesus dari para murid-Nya. Mereka itu mesti menjadi garam dan terang dunia (Matius 5: 13-14). Artinya, hadir di tengah dunia dan menyatu dengannya tanpa menjadi sama dengan dunia.
Bukan sekadar hadir, melainkan dirasakan kehadiran dan pengaruhnya. “Tidak hanya dihitung, tetapi diperhitungkan,” kata seorang sahabatku.
Ini misi mendasar dari orang Kristen yang bukan sombong atau terlalu percaya diri.
Singkatnya, mereka itu bagai ikan yang berenang melawan arus. Musuh kasih bukan hanya kebencian, melainkan konformitas.
Beranikah orang Kristen menghadapi mentalitas ikut-ikutan alias konformitas negatif?
Sabtu, 13 Mei, 2023