DELANGGU dikenal sebagai salah satu penghasil beras dalam jumlah yang sangat besar di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Rojolele menjadi salah satu beras primadona produk Delanggu.
Sayang, sekarang masih sulit didapatkaan di pasar, karena masih kecil produksinya.
Selain semakin menyempitnya lahan sebagai akibat tuntutan penyediaan kebutuhan lahan untuk perumahan, juga disebabkan banyak hamanya, sehingga banyak petani enggan mengalami gagal panen.
Hal ini membuktikan bahwa tanah pertanian kota Delanggu subur. Kesuburan tanah di kota Delanggu semakin dipertegaskan dengan belut goreng sebagai hasil tambahan yang renyah lagi gurih.
Budaya bertani ini ternyata menghasilkan semangat gotong royong.
Gotong royong merupakan salah satu bentuk semangat kekeluargaan, saling menolong jauh dari kalkulasi keuntungan ekonomis dan mengedepankan persaudaraan.
Beras Rojo Lele tak dipungkiri menjadi nasi yang pulen. Nikmat dimakan, mesti tanpa lauk pauk. Maka beras Rojolele memiliki nilai tambah yang besar.
Sayang menanam padi Rojolele penuh risiko, tak tahan terhadap hama dan angin.
Mudah roboh.
Study group atau belajar bersama diinspirasi dan dijiwai semangat gotong royong. Semangat ini, pada tahun 1977 dilaksanakan oleh para siswa SMPK Hati Kudus, salah satu sekolah di kota kecil di Kabupaten Klaten ini.
Kelompok belajar ini tetap dipertahankan dan dihidupi alumninya sebagai grup sosial.
Delanggu dengan produk beras Rojolelenya seakan memberi inspirasi bahwa semangat kegotongroyongan akan menghasilkan kesejahteraan. Saling membantu, saling memperhatikan mendorong semangat berbagi.
Pun pula berbagi tak menunggu berlebihan, namun terus mempertahankan kebersamaan seperti study group.