Home BERITA Belarasa Berbagi Makan Enak

Berbagi Makan Enak

0
Makanan 1 by Ist

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN

Minggu, 6 Juni 2021

Hari Raya Tubuh Dan Darah Kristus

Bacaan:

  • Kel 24: 3-8.
  • Ibr 9: 11-15.
  • Mrk. 15: 12-16, 22-26.

ENGKAU adalah apa yang kamu makan.

Semakin banyak orang terkesan mengawali dan mengakhiri hidup dengan keluhan. Tidak bagi kita. Kita mengawali hidup dan mengakhirinya dengan ucapan syukur.

Ketila lahir, lewat Sakramen Pembaptisan, kita diangkat sebagai putera-puteri Bapa. Kita mengakhiri hidup dengan menerima Sakramen Rekonsiliasi dan Sakramen Perminyakan Suci.

Sebuah rangkaian pengudusan untuk kembali pada Bapa.

Di sepanjang ziarah hidup, kita dianugerahi pengalaman  kebaikan dan kuasa kasih  Tuhan.

Terutama Sakramen Ekaristi.

Pribadi yang mampu bersyukur adalah pribadi  yang bisa mengagumi perbuatan Tuhan yang ajaib di dalam dan selama hidup. Ia mengalami dan percaya dalam setiap pergumulan, Tuhan tak pernah jauh.

Bersama Tuhan, kita melangkah.

Hari ini kita merayakan Hari Raya Tubuh Dan Darah Kristus.

Inilah tubuh-Ku dan inilah darah-Ku, sambil menghunjukkan roti dan anggur, yang tidak lagi merupakan roti dan anggur tetapi Dirinya sendiri.

Sepanjang hidup, Ia hadir sebagai seorang manusia dalam bentuk yang tak kentara dalam rupa roti dan anggur.

Yesus memberikan diri-Nya; juga dalam komuni suci yang tersimpan di tabernakel.

Apa yang nampaknya kelihatan tidaklah begitu. Kenyataannya adalah Yesus Kristus sendiri hadir.

Masak enak

“Wouw masak enak nih. Baunya tercium menyengat. Asyik. Pas lapar lagi,” sapaku saat berkunjung ke sebuah keluarga sederhana.

“Boleh. Boleh Romo dengan senang hati,” sahut bapak keluarga.

Di dapur saya melihat ketiga anak mereka sedang membantu ibunya. Saya melihat ada kertas cokelat, potongan tipis telur dadar, oseng-oseng buncis, sambal dan tempe kering.

Ibunya lagi goreng ayam.

“Ada gawekah?”

“Gak juga kok Mo. Ini kan Jumat Pertama.”

“Apa hubungannya” Kan tradisi kita diusahakan pas Jumat pertama tidak makan daging,”

“Itu yang kami lakukan Mo. Tapi dengan bentuk lain.”

Piye critane, sambil meneguk kopi,” kepoku.

“Setiap Jumat pertama, perayaan ulang tahun perkawinan dan ulang tahun kami, kami berbagi makan bagi mereka yang kami anggap perlu.

Terutama mereka yang tidur di emperan toko.

Sederhana saja kok. Nanti ayamnya disuwir-suwir supaya dapat banyak yang dibungkus. Sekitar 20 bungkus aja kok.

Kami berganti orang dan tempat yang berbeda. Isteri dan anak pakai mobil. Saya dengan anak yang laki-laki pakai motor. Yah hanya beginilah yang bisa kami buat, Romo.”

“Ikut romo?”

Bulan depan ya, kalau tidak tugas melayani misa.

Kulihat betapa anak-anak cekatan membungkus tanpa bertanya sana-sini ke mamanya. Seakan-akan sudah terbiasa.

“Seneng ta dik?”

“Ya kadang juga males romo. Apalagi kalau banyak tugas dari sekolah. Tapi lebih banyak kasihan, daripada papa mama sewot, ya ikut aja,” ceplos mereka jujur.

“Ngadu ke Romo ya. Malu ih,” kata mama e.

Menarik sekali anak-anak dibiasakan, dilatih bahkan “dipaksa” berbagi makan kepada orang lain sedari kecil.

Bukankah meja altar dalam Gereja, sebagai fungsi, sama dengan meja makan keluarga  

Berbagi makan.

Ekaristi adalah anugerah Agung kemurahan hati Yesus yang terbaik diberikan kepada murid-Nya, Gereja-Nya, kita, malam sebelum Ia mati.

Ekaristi bukanlah sebuah kenangan tetap untuk Yesus atau sebuah monumen kematian dari-Nya.

Ekaristi adalah pemberian diri-Nya. Tubuh dan Darah Kristus

Tuhan aku percaya akan kehadiran-Mu dalam Hosti Suci; jiwaku bergetar-bersuka; mendatangkan berkat mencurahkan rahmat; menganugerahkan penyembuhan. Amin.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version