NABI Yeremia diutus untuk memperingatkan bangsa Israel agar bertobat dari jalan hidupnya yang bengkok. Dia memberikan nasihat dan pengajaran.
Namun banyak yang membencinya. Bahkan ingin menghabisinya.
“Marilah kita mengadakan persepakatan terhadap Yeremia, sebab imam tidak akan kehabisan pengajaran, orang bijaksana tidak akan kehabisan nasihat dan nabi tidak akan kehabisan firman.
Marilah kita memukul dia dengan bahasanya sendiri dan jangan memperhatikan setiap perkataannya.” (Yer 18: 18).
Itu pula yang dialami Tuhan Yesus.
“”Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.” (Mat 20: 18).
Siapa yang membelanya? Apakah para murid terdekat-Nya? Tidak. Mereka justru saling berebut kedudukan (Mat 20: 20-24). Berada di luar jalan yang ditempuh Yesus.
Maka, Sang Guru mesti menegaskan kembali ajaran-Nya. “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat 20: 26-28).
Memang, para murid itu tidak seganas pembenci Nabi Yeremia. Tetapi pada dasarnya mereka tidak sejalan dengan langkah yang ditempuh Yesus.
Bukankah Petrus pernah berupaya membelokkan langkah yang mau ditempuh Sang Guru dengan berkata bahwa Allah tidak akan membiarkan Dia menderita dan mati? (Bdk Mat 16: 22).
Kini ada pengikut-pengikut Yesus yang jalan dan hidupnya bertentangan dengan jiwa dan langkah yang ditempuh Gurunya. Mereka mengaku diri pengikut Yesus, tetapi menjadi orang-orang yang berdiri di luar lingkaran.
Rabu, 16 Maret 2022