Jumat, 8 Januari 2021
Bacaan I: 1Yoh 5:5-13
Injil Luk 5:12-16
“MOHON doanya Romo, suamiku positif covid.”
Demikian bunyi WA umatku yang tinggal di seberang pulau, tiga pekan yang lalu.
Saya lalu menelepon dia dan mendengarkan bagaimana kondisi mereka. “Kondisi suamiku penciuman mulai hilang, kalau malam batuk-batuk,” jelasnya.
“Dokter mengajurkan suamiku isolasi mandiri di rumah, tapi kami takut keadaan kampung di sini, kalau sampai mereka tahu, bisa-bisa kami akan diminta pergi dari kampung ini” Suaranya mulai bergetar menahan tangis.
“Yang penting suamimu tetap dalam pengawasan dokter atau tenaga kesehatan. Penyakit ini tidak bisa dipandang sepele, ini sangat serius,” tandas saya.
“Meski dikelilingi saudara dan orang-orang yang kita kenal, ada jalan sunyi, sepi bagai lorong gelap yang harus dilalui. Menerima covid dalam hidupku dan berusaha untuk merangkul dan mendekapnya supaya tidak lari kemana-mana dan menyerang seluruh anggota keluarga,” kata suami ibu itu, waktu saya telpon dia.
Jawabku padanya, “Semoga dengan pikiran positif kamu bisa menjadikan negatif covid di tubuhmu. Bersabarlah dan bersahabatlah dengan tubuhmu.”
“Selamat sore Romo, Romo Puji Tuhan hasil suamiku swab antigen dan PCR negatif. Terimakasih ya Romo, buat support, doa dan pendampinganya pada keluarga kami.”
Demikian berita yang saya terima sore ini.
Rasanya bersyukur sekali pada Tuhan menerima berita ini, di tengah berita lain, yang mengabarkan sahabat dan kenalan harus menghadap Tuhan karena virus ini.
Memang tidak banyak yang bisa kita buat dalam kondisi saat ini, namun hadir dan tetap menjadi saudara bagi mereka yang terpapar virus sungguh sangat berarti saat ini.
Selain itu, apakah anda punya pilihan lain untuk mengatasi pandemi ini?
