“Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik.” (Yes 1, 16-17)
SETELAH sarapan, seorang teman membaca koran dan berkomentar, “Yang namanya kejahatan kok gak pernah berhenti. Setiap hari berbagai berita tentang tindak kejahatan selalu ada.”
Media cetak, televisi maupun radio memang tidak pernah berhenti memberitakan berbagai tindak kejahatan yang masih terjadi di tengah masyarakat, entah pencurian, penipuan, perampokan, korupsi serta berbagai bentuk kejahatan lain. Banyak orang terlibat di dalam tindakan atau perilaku yang jahat, baik remaja dan orang muda, orang dewasa, rakyat biasa atau pejabat.
Sikap banyak orang terhadap berbagai peristiwa atau tindakan jahat juga bermacam-macam: ada yang cuek dan tidak peduli, ada yang prihatin dan gemas, ada yang mengutuk dan ‘nyokurke’ saat pelaku kejahatan tertangkap, dihukum atau terbunuh.
Para kurban dari berbagai tindakan jahat selalu mengalami kerugian materiil dan moril serta mengalami berbagai bentuk trauma atau penderitaan.
Banyak rencana jahat bisa digagalkan. Banyak orang memburu dan menangkap penjahat. Berbagai lembaga negara pun berusaha bekerjasama memberantas tindakan jahat, menangkap para pelaku kejahatan, menggerebeg tempat-tempat persembunyian penjahat, menyita berbagai peralatan atau senjata yang dipergunakan untuk berbuat jahat. Mereka berhasil dalam usaha dan kerja kerasnya. Namun demikian, kejahatan masih saja terjadi dan terulang lagi.
“Berhentilah berbuat jahat” rupanya menjadi pesan yang tidak mudah diwujudkan. Yang bisa dilakukan adalah menghentikan kebiasaan, sikap dan perilaku jahat dalam diri sendiri dibandingkan dengan usaha menghentikan perbuatan jahat orang lain.
Perbuatan jahat apa yang harus aku hentikan dalam diriku? Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
