Ini adalah doa yang hendak mengajarkan bahwa iman pada Tuhan, sang penyelenggara hidup sudah dan akan selalu memberi cukup makanan untuk kita. Anda percaya itu?
Namun doa ini tidak berarti bahwa kita tak perlu berusaha. Usaha itu harus, tetapi tidak perlu berlebihan, apalagi sampai mengambil hak orang lain. Misalnya tak pernah merasa cukup dalam memperkaya diri sampai harus merampas harta dan nyawa orang lain. Itu jelas tanda tidak beriman.
Banyak keluarga yang hidupnya tak damai karena “ngongso bondho”, nafsu mengejar harta. Akibatnya, nilai yang lebih tinggi terabaikan. Kasih kekeluargaan tak tumbuh, karena apa-apa diukur dengan harta. Alasannya macam-macam. Ada yang takut kekurangan, ada yang ikut-ikut arus saja. Padahal kalau tenang dan penuh keyakinan disertai usaha dan percaya akan penyelenggaraan ilahi, ia akan tahu bahwa Tuhan sudah selalu memberi cukup.
Pernahkah Anda mengalami bahwa pada waktu membutuhkan biaya ekstra, entah untuk pengobatan, sekolah anak, tiba-tiba saja ada rejeki. Bisnis lancar, piutang kembali, dapat arisan dan masih banyak lagi. Kita mungkin tak pernah jadi milyuner, tetapi keluarga kita rukun, tenteram, lancar semua sekolah dan kariernya. Itu juga “makanan” pemberian Tuhan.
Kita sering iri hati melihat orang lain mendapat gaji lebih besar. Tetapi lupa bahwa gaji itu cuma satu aspek dalam kehidupan kita dan sering lupa bahwa yang mereka yang mendapat banyak akan diminta banyak pula. Apakah kita berani berkeyakinan bahwa Tuhanlah yang memberi berbeda dalam kualitas dan kuantitas. Masing-masing cukup untuk hidup hari ini.
Terlalu banyak contoh orang yang tak pernah merasa cukup sehingga tak pernah hidup damai. Tak heran bila kasus korupsi marak sekali terjadi di mana-mana. Banyak dari kita tidak melihat bahwa Tuhan telah memberi cukup untuk hidupnya. Yang tak berlimpah harta, tak pernah sakit. Yang kelimpahan harta, sakit saja harus dibawa ke luar negeri.
Orang Jawa bilang, uang itu kalau datangnya gampang, hilang juga gampang. Orang beriman juga yakin bahwa orang yang terlalu nafsu mengumpulkan harta dunia untuk dirinya, tak sudi berbagi, bakal tak pernah berkelebihan. Ada saja atau gampang saja jalan penyebab hilangnya rejeki.
Sayang, dalam banyak keyakinan, orang diajarkan untuk minta-minta pada Tuhan. Padahal semestinya agama mengajarkan pemeluknya untuk mensyukuri pemberian Tuhan, bukan merengek-rengek seakan Tuhan tak murah hati.
Karena itu, mulailah dengan diri kita sendiri. Percayalah akan penyelenggaraan Tuhan. Kita mesti berusaha mati-matian, tetapi tak menimbun besar-besaran demi memperbesar keuangan pribadi.