MENGEJAR kesempurnaan dalam dunia yang tidak sempurna merupakan suatu kesempatan untuk terus-menerus berjuang dalam kenyataan hidup.
Seorang lelaki yang sangat tampan dan sempurna merasa bahwa Tuhan pasti menciptakan seorang perempuan yang sangat cantik dan sempurna pula untuk jodohnya.
Karena itu, ia pergi berkeliling untuk mencari jodohnya. Kemudian sampailah ia di sebuah desa. Ia bertemu dengan seorang petani yang memiliki tiga anak perempuan yang sangat cantik.
Lelaki tersebut menemui petani itu dan mengatakan bahwa ia ingin mengawini salah seorang anaknya, tetapi bingung; mana yang paling sempurna. Sang Petani menganjurkan untuk mengencani mereka satu per satu.
Lelaki itu setuju.
Hari pertama ia pergi berduaan dengan anak pertama. Ketika pulang, ia berkata kepada bapak Petani, “Anak pertama bapak memiliki satu cacat kecil, yaitu jempol kaki kirinya lebih kecil dari jempol kanan.”
Hari berikutnya, ia pergi dengan anak yang kedua. Ketika pulang dia berkata, “Anak kedua bapak juga punya cacat yang sebenarnya sangat kecil yaitu agak juling.”
Akhirnya, ia pergi dengan anak yang ketiga. Begitu pulang, ia dengan gembira mendatangi petani itu. Ia berkata,”Inilah yang saya cari-cari. Ia benar-benar sempurna.”
Lalu ia menikahi anak ketiga tersebut. Sembilan bulan kemudian istrinya melahirkan. Dengan penuh kebahagian, lelaki itu menyaksikan kelahiran anak pertamanya. Ketika si anak lahir, ia begitu kaget dan kecewa ,karena anaknya sangat jelek.
Ia menemui petani itu. Ia bertanya, “Kenapa bisa terjadi seperti ini, pak? Anak bapak cantik dan saya tampan, kenapa anak saya bisa sejelek itu?”
Petani menjawab, “Ia mempunyai satu cacat kecil yang tidak kelihatan. Waktu itu, ia sudah hamil duluan.”
Menerima diri
Manusia sering menuntut kesempurnaan dalam hidup ini. Namun sesungguhnya, tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Tidak ada manusia yang lahir sempurna. Yang ada adalah manusia yang terus-menerus berusaha untuk menyempurnakan dirinya, meski kesempurnaan itu tidak akan pernah ada sebagai mahkluk yang terbatas.
Kisah di atas menyadarkan kita bahwa tuntutan kesempurnaan tidak dapat dilakukan terhadap orang lain.
Kesempurnaan itu terjadi dalam suatu proses perjalanan hidup manusia. Lelaki itu menjadi kecewa, karena ia tidak menyadari bahwa selalu ada kekurangan dalam diri manusia yang tampak sempurna.
Yang mesti senantiasa dilakukan adalah menyadari bahwa manusia itu makhluk yang tidak sempurna. Manusia menjadi sempurna, ketika berjumpa dengan Tuhan yang mahasempurna.
Hal ini baru terjadi, ketika orang meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Ketika orang bersatu dalam keabadian dengan Tuhan yang telah menciptakan dirinya.
Untuk itu, yang dibutuhkan oleh manusia yang serba terbatas ini adalah siap menerima kekurangan yang ada pada diri sendiri dan orang lain. Ketika orang berani menerima kekurangan dan kelemahan dirinya, orang akan terbuka untuk berjuang menuju kesempurnaan.
Hidup ini menjadi sangat istimewa, kalau orang berani menerima diri apa adanya.
Mari kita terus-menerus berjuang menggapai kesempurnaan hidup dalam hidup bersama dengan orang-orang yang belum sempurna.
Tetap semangat, sahabat-sahabat. Tuhan memberkati.