APA pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Tahun 1644 ada seorang anak lahir dalam keluarga yang biasa-biasa saja. Setelah beranjak dewasa, ia memulai karirnya sebagai pembuat alat musik.
Ia hanya menggunakan alat-alat yang sangat sederhana, tetapi setiap hari ia fokus untuk memberikan yang terbaik dari tenaga dan pikirannya untuk pekerjaannya.
Di akhir setiap proses, ia memberi tanda tangan pada alat musik yang dibuatnya, “Stadivarius.”
Tanda tangan itu hanya ditulis pada alat musik yang menurutnya telah lulus standar keunggulan yang ia tetapkan.
Saat ini, 350 tahun kemudian, biola Stadivarius menjadi incaran para kolektor dan pemain biola profesional.
Harga sebuah biola buatan Antonio Stadivari mencapai US$ 15 juta (Rp 200 milyar). Hal ini menjadi pemecah rekor alat musik termahal, ketika salah satu biolanya dilelang dengan harga US$ 45 juta.
Menurut para peneliti, suara biola Stadivarius mirip dengan suara soprano perempuan. Joseph Nagyvary, seorang profesor di Texas A&M University meneliti biola ini, supaya ia dapat mengajar para pembuat biola modern meniru apa yang dibuat oleh Antonio Stadivari ratusan tahun lalu dengan alat-alat yang primitif.
Antonio tidak tahu bahwa biolanya dijual dengan harga selangit. Ia hanya tahu bahwa ia harus melakukan yang terbaik setiap hari. Keunggulan (excellence) menjadi tujuannya.
Melakukan yang terbaik
Banyak orang sulit mencapai hasil tertinggi dalam karya-karya mereka, karena tidak serius mengerjakan karya-karya mereka. Akibatnya, karya-karya mereka tidak mencapai harga selangit. Hasil karya mereka hanya biasa-biasa saja. Mengapa hal ini bisa terjadi. Tentu saja ada banyak alasan. Namun salah satu yang sering terjadi adalah orang melakukan yang terbaik bila dipantau oleh atasannya.
Kisah tadi memberi kita inspirasi untuk berani berjuang untuk menghasilkan karya-karya spektakuler demi hidup ini.
Antonio Stadivari menghasilkan karya dengan standar tinggi. Ia ingin hasil karyanya menjadi standar dari semua karya lain. Meski ia tidak tahu apa yang terjadi di kemudian hari, ia melakukannya dengan baik. Ia tidak membutuhkan pengawasan dari orang lain.
Kita mesti sadar bahwa ujian yang sebenarnya adalah apakah kita tetap melakukan yang terbaik bahkan bila tidak ada seorang pun yang melihat. Kita tidak perlu melakukan sesuatu hanya demi penilaian dari orang lain atau atasan kita. Kita mesti yakin bahwa apa yang kita kerjakan dengan penuh perhatian akan menghasilkan mutu yang tinggi.
Mari kita berkarya dengan mengutamakan mutu yang tinggi. Dengan demikian, kita dapat meninggalkan suatu hasil karya yang bernilai tinggi.
Tuhan memberkati.