Jumat, 20 Mei 2022
- Kis. 15:22-31.
- Mzm. 55:8-9.10-12.
- Yoh. 15:12-17.
SETIAP orang punya jejak hidup yang unik dan bersifat sangat pribadi. Meski kita bertumbuh dalam wadah yang sama namun jalan batin bisa sangat berbeda.
Jalan Tuhan itu penuh misteri; tidak bisa kita tebak, berliku sesuai dengan gerak roh Allah sendiri.
Memang setiap orang butuh dicintai, butuh dipelihara, butuh dijaga, disembuhkan dan dikasihi.
Kita juga butuh ditemani, diterima, diampuni, didamaikan, didampingi, dimengerti, ditolong, diakui, disambut dan dihargai.
Kita juga butuh di bimbing, dihibur, diarahkan, dan diberi kebebasan.
Namun setiap orang punya perbedaan dalam menyerap kasih dan cinta hingga kisah setiap manusia senantiasa khas dan unik.
“Apakah bapak sungguh tidak mau menerima anak kita, jika dia kembali ke rumah?” kata seorang ibu.
“Kenapa kamu kepikiran dan kangen sama dia?” jawab bapak itu dengan balik bertanya.
“Saya kuatir dengan kehidupannya,” jawab ibu itu.
“Memang dia telah mengecewakan, namun saya tidak bisa begitu saja melepaskan dia,” lanjutnya.
“Jika kamu sayang dengan dia, beri dia kesempatan dia bertanggungjawab dengan pilihannya,” sahut bapak itu.
“Inilah wujud kasih kita kepada anak kita, semoga dia bisa menggunakan kebebasan dengan baik dan bertumbuh dalam kedewasaan,” sambungnya.
“Dia minta pergi sendiri, dan kita sudah membicarakan baik-baik soal resiko dan tanggung jawab dalam kehidupan sebelum dia melangkahkan kaki keluar pintu rumah kita,” ujar bapaknya.
“Kita tidak pernah mengusir, dan dia sendiri yang memutuskan untuk pergi, lagi pula dia tahu pintu rumah kita tidak pernah tertutup baginya,” imbuhnya.
“Saya tidak akan mencari dia, atau memanggilnya pulang ke rumah, namun jika dia pulang saya akan terima,” lanjutnya.
“Saat ini saya hanya bisa berdoa bagi kebaikkannya, semoga Tuhan selalu menjaga dan memberkati dia dalam.segala aktivitasnya,” tegas bapak itu.
“Biarlah Tuhan sendiri yang membimbing dan mengarahkan hidupnya,” sambungnya.
“Jadi bapak tidak marah dan dendam dengan dia,” tanya ibunya.
“Bagaimana mungkin saya dengan anak dendam? Apa pun yang terjadi dia adalah anak kita, semoga dengan mengambil jarak seperti ini, dia tahu bahwa kami sungguh mengasihi dia,” jawab bapaknya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
Kasih sejati bukan sekedar sebuah gerakan hati yang lahir dari perasaan, melainkan gerakan kehendak, pilihan yang sengaja dilakukan.
Kasih yang berhubungan dengan ketaatan dan komitmen, dan tidak selalu dengan perasaan dan emosi, meski untuk mengasihi seperti itu akan ada rasa luka, sedih, sepi.
Mengasihi seseorang dengan benar akan selalu berkaitan dangan ketaatan, kebenaran, ketulusan demi kebaikan orang lain yang kita kasihi.
Kasih sejati itu selalu mengupayakan berkat dan keuntungan orang lain untuk jangka panjang.
Sikap seperti inilah yang menuntut kurban perasaan, hati dan kehendak.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mengasihi dengan tulus demi kebaikan orang yang aku kasihi?